"Duh, kayaknya aku Bipolar deh"
"Aku kayaknya OCD, soalnya gabisa liat barang berantakan"
"Pilek aku ga sembuh - sembuh, jangan - jangan aku kena Covid"
Kalian pernah gak sih melakukan hal yang kayak di atas setelah membaca informasi mengenai gejala Kesehatan di internet atau di media sosial? Ketika kalian mendiagnosis diri sendiri mengidap suatu penyakit berdasarkan pengetahuan yang terbatas atau informasi yang didapatkan setelah berselancar di Internet disebut dengan Self - Diagnosis. Bukannya bermanfaat, self -- diagnosis malah berbahaya lho.
Apa sih Self - Diagnosis itu?
Dilansir dari alodokter.com, Self-diagnosis adalah upaya untuk mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang didapat secara mandiri. Informasi ini bisa diperoleh dari mana pun, misalnya teman, keluarga, internet, atau pengalaman yang pernah dimiliki.
Contohnya, saat kalian merasa cemas dan sulit berkonsentrasi saat mengerjakan sesuatu. Lalu, kalian mencari penyebabnya di Internet dan merasa bahwa gejala yang dipaparkan sama persis seperti yang kalian alami, langsung berpikir bahwa kalian mengidap anxiety disorder. Padahal, merasa cemas bisa jadi karena hal lain.
Ketika kita mendiagnosis diri sendiri, malah berbahaya karena mendapat penanganan yang salah dan berakhir pada kondisi kesehatan yang lebih parah. Maka, daripada mendiagnosis diri sendiri lebih baik kita periksa ke dokter jika merasa ada yang tidak beres dengan kondisi tubuh kita. Selain itu, kita juga mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter.
Dampak negative Self - Diagnosis
Akibat dari self -- diagnosis selain mendapatkan penangan yang salah dan berujung memperburuk kondisi kesehatan juga memiliki dampak terhadap kesehatan mental, seperti meningkatkan kecemasan yang berlebihan dan memicu rasa depresi. Dilansir dari alodokter.com dampak negatif dari self -- diagnosis antara lain:
1. Salah diagnosis
Untuk mengetahui kondisi seseorang tidaklah mudah dan cepat. Diagnosis ditentukan berdasarkan analisis menyeluruh dari gejala, faktor lingkungan, riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik. Dalam beberapa kasus, dibutuhkan pemeriksaan yang lebih lanjut dan mendalam untuk mengetahui kondisi fisik atau mental seseorang. Ketika melakukan self -- diagnosis, beberapa faktor diatas terlewat sehingga menyimpulkan diagnosis yang salah.
2. Salah penanganan
Ketika diagnosis sudah salah, kemungkinan besar penanganan yang dilakukan pun tidak tepat. Bisa saja seseorang salah membeli obat atau melakukan pengobatan yang salah. Padahal, setiap penyakit memiliki penanganan, jenis obat, dan dosis yang berbeda -- beda.