Lihat ke Halaman Asli

Rasa Syukur Itu Sehat

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

dalam semua agama didalamnya pasti mengajarkan rasa syukur , rasa syukur atas segala nikmat yang telah didapat hari kemarin dan saat ini , namun kerap kali kita susah untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh tuhan .

rasa syukur manusia ini bukan hanya diajarkan dalam agama , menurut frankl salah satu tokoh psikologi , dia berpendapat , “pribadi yang sehat itu adalah yang bisa memaknai hidup “  memaknai hidup disini banyak mengandung banyak arti seperti halnya salah satunya adalah rasa syukur apa telah kita dapat baik itu berupa kenikmatan ataupun ujian , kaarena dalam setiap kehidupan mengandung makna , dan berkeyakinan bahwa tuhan itu maha adil dan bijaksana , jadi tuhan akan memberikan yang terbaik bagi umatnya .seperti yang banyak kita ketahui bukan , ketika manusia itu dapat bersyukur ataas segala nikmat , dan mengambil hikmah dari segala ujian maka Allah akan menigkatkan derajat orang tersebut .

namun dalam sebagain pendapat orang menganggap , bukannya dengan ras syukur itu membuat orang tidak termotivasi untuk tidak berusaha lebih keras dalam mencapai suatu hal , misalkan seorang laki- laki yang mempunyai gaji 300.000 perbulan , karena dia sudah bersyukur atas gaji yang telah didapt tersebut dia tidak berusaha lebih keras untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi , mencari kerja sampingan misalnya .  namun apa rasa syukur itu hanya dapat dilihat dari bilangan ? rasa syukur  itu bagaimana kita bisa memaknai arti dari gaji 300.000 yang telah didapat , dan bersyukur  telah tercukupinya kebutuhan , bersyukur karena didapat dengan halal , dan bersyukur bukan berarti berhenti berusaha , melainkan menyenangkan  diri sendiri setelah bekerja , ketika orang tersebut susah bersyukur berarto orang itu tidak pandai menyenagkan diri sendiri dan dia akan terus terusan dalam keadaan diri yang capek , capek memikirkan pendapatan yang belum tercapai , dan capek – capek yang lainnya . dalam memahami suatu makna kehidupan ada sebuah pertanyaan bagus yang perlu di renungkan , “kita hidup untuk makan atau makan untuk hidup?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline