Lihat ke Halaman Asli

Rasa Syukur itu sehat

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

dalam semua agama didalamnya pasti mengajarkan rasa syukur , rasa syukur atas segala nikmat yang telah didapat hari kemarin dan saat ini , namun kerap kali kita susah untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh tuhan .

rasa syukur manusia ini bukan hanya diajarkan dalam agama , menurut frankl salah satu tokoh psikologi , dia berpendapat , “pribadi yang sehat itu adalah yang bisa memaknai hidup “memaknai hidup disini banyak mengandung banyak arti seperti halnya salah satunya adalah rasa syukur apa telah kita dapat baik itu berupa kenikmatan ataupun ujian , kaarena dalam setiap kehidupan mengandung makna , dan berkeyakinan bahwa tuhan itu maha adil dan bijaksana , jadi tuhan akan memberikan yang terbaik bagi umatnya .seperti yang banyak kita ketahui bukan , ketika manusia itu dapat bersyukur ataas segala nikmat , dan mengambil hikmah dari segala ujian maka Allah akan menigkatkan derajat orang tersebut .

namun dalam sebagain pendapat orang menganggap , bukannya dengan ras syukur itu membuat orang tidak termotivasi untuk tidak berusaha lebih keras dalam mencapai suatu hal , misalkan seorang laki- laki yang mempunyai gaji 300.000 perbulan , karena dia sudah bersyukur atas gaji yang telah didapt tersebut dia tidak berusaha lebih keras untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi , mencari kerja sampingan misalnya . namun apa rasa syukur itu hanya dapat dilihat dari bilangan ? rasa syukuritu bagaimana kita bisa memaknai arti dari gaji 300.000 yang telah didapat , dan bersyukurtelah tercukupinya kebutuhan , bersyukur karena didapat dengan halal , dan bersyukur bukan berarti berhenti berusaha , melainkan menyenangkandiri sendiri setelah bekerja , ketika orang tersebut susah bersyukur berarto orang itu tidak pandai menyenagkan diri sendiri dan dia akan terus terusan dalam keadaan diri yang capek , capek memikirkan pendapatan yang belum tercapai , dan capek – capek yang lainnya . dalam memahami suatu makna kehidupan ada sebuah pertanyaan bagus yang perlu di renungkan , “kita hidup untuk makan atau makan untuk hidup?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline