Persoalan lingkungan merupakan masalah yang terjadi hampir di semua negara dan menjadi pusat perhatian pemerintah nasional dan dunia. Masalah lingkungan yang di hadapi dari tahun ke tahun semakin meningkat, setiap manusia perlu memahami tentang masalah dan tanggung jawabnya dalam menjaga alam ini. Jika dilihat dari perspektif antroposentris, Lingkungan dihadirkan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup manusia maka kerusakan yang terjadi disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak sesuai dengan keberlanjutan lingkungan hidup. Perilaku manusia semestinya sejalan dengan keberlanjutan lingkungan karena alam bukan hanya diperuntukkan untuk generasi sekarang, namun juga untuk generasi selanjutnya.
Masalah-masalah tersebut penting untuk diatasi karena akan berdampak sangat buruk jika tidak dikendalikan. Degradasi lingkungan secara besar-besaran telah menyebabkan perubahan yang signifikan, seperti perubahan iklim, peningkatan suhu global, kejadian cuaca ekstrem, mencairnya lapisan es, naiknya permukaan air laut, degradasi lingkungan yang ditandai dengan tingginya kejadian penyakit yang berasal dari lingkungan (misalnya demam berdarah, chikungunya, dll), masalah sampah (seperti peningkatan timbunan sampah organik dan non-organik; meningkatnya kebakaran TPA akibat kelebihan gas metana; dan penyakit akibat kontaminasi air lindi dari TPA), serta hilangnya keanekaragaman hayati karena pola konsumsi yang tidak bertanggung jawab dan eksploitasi alam yang berlebihan.
Pendidikan memiliki fungsi strategis untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan hidup bagi siswa. Sekolah merupakan lembaga control, pemurnian dan penyeimbang perilaku masyarakat, sehingga dibutuhkan peran sekolah dalam menyiapkan generasi yang sadar terhadap keadaan lingkungan serta mendukung kelestarian lingkungan hidup. Perubahan karakter siswa akan berhasil jika proses pendidikan diarahkan untuk lingkungan, mendidik langsung di lingkungan, serta mendidik tentang lingkungan. Konsep ini dirumuskan sebagai green education-pendidikan hijau-pendidikan ramah lingkungan.
Pendidikan hijau muncul sebagai media untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan, membina konstruktivisme peserta didik dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis di kalangan peserta didik dari pendidikan dasar. Pendidikan hijau bertujuan untuk menanamkan kesadaran lingkungan, prinsip keberlanjutan, dan praktik ramah lingkungan pada peserta didik sejak dini. Pendidikan ramah lingkungan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan mendorong individu untuk membuat pilihan yang terinformasi dan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari serta terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual, sosial dan hamba Allah yang mengabdikan diri kepada-Nya serta umat Rasulullah yang taat kepada Sang Khalik.
Green education membentuk karakter konservatif pada diri anak dalam menjaga kelestarian lingkungan, namun perlu diintegrasikan dengan karakter yang melahirkan generasi yang mampu mempertahanankondisi lingkungan hidup sekaligus terampil dalam mengelola sumber daya yang ada untuk kehidupan yang lebih berkemajuan. Pelaksanaan program Pendidikan hijau ini di beberapa negara terbukti mendorong terjadinya perubahan karakter positif terhadapp lingkungan. Sharma et al (2019) menyebutkan program program sekolah berbasis lingkungan sangat membantu dalam Upaya pelestarian lingkungan hidup dan menyebutkan siswa sangat termotivasi jika diajak melaksanakan proyek-proyek pelestarian lingkungan. Implementasi konsep ramah lingkungan diwujudkan dengan adanya beberapa program nyata di sekolah seperti kegiatan membawa wadah makan untuk jajan, ecobrick, bercocok tanam, kegiatan daur ulang, adanya pengelolaan sampah secara terpadu, memilah sampah, serta kegiatan lainnya untuk memanfaatkan potensi alam dalam pembelajaran.
Marshal dalam Ike manyatakan bahwa, manajemen adalah mengetahui kemana arah tujuan, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan apa yang harus dijalankan dan bagaimana mengemudikan kapal serta anggota dengan sebaik-baiknya dengan meminimalisir masalah dan hambatan dalam proses pengerjaannya. Ramayulis menyatakan bahawa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen ialah al-tadbir, kata yang banyak terdapat dalam Al-Qur'an surah As Sajdah : 5
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu"
Dari isi kandungan ayat tersebut diketahui bahwa Allah lah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran dan kekuasaan Allah, dalam mengelola alam, kemudian Allah ciptakan manusia untuk dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Green education sebagai suatu model Pendidikan yang memanfaatkan alam sebagai sumber belajar agar anak proaktif dan adaptif terhadap permasalahan lingkungan hidup yang menekankan pada prinsip kemandirian, bertanggung jawab, keberanian, dan empati terhadap bumi yang Allah amanahkan serta pemanfaatan lingkungan sebagai kebutuhan bersama (Karmilasari et al, 2020) mengacu pada orientasi pembinaan karakter siswa agar peka terhadap masalah lingkungan hidup dalam proses pembinaan dan pembiasaan positif dalam rangka menjaga lingkungan dan alam raya. Sektor Pendidikan merupakan basis paling strategis untuk mengubah cara pandang dan cara hidup sesorang. Penerapan green education di dalam sektor Pendidikan merupakan bentuk konkrit yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan serta menjadi tempat strategis mengubah perilaku individu karena di sekolah terdapat seperangkat aturan, norma, system dan struktur organisasi yang baku. Dengan demikian fungsi sekolah dalam melatih nilai-nilai green education dalam rangka mengubah perilaku siswa sangat penting. Jika seseorang ingin diubah, salah satu catatan penting yaitu konsepsi siswa sebagai sumber pengalaman maka semua kondisi lingkungan perlu mengarah pada corak yang diharapkan..
Lingkungan sekolah mengambil peran dalam membangun hubungan yang harmonis dengan siswa, serta membentuk kepribadian anak didik. Guru sebagai pendidik dituntut tidak hanya pandai dalam menyampaikan materi, namun lebih menekankan pada pembentukan karakter peserta didik. Pada hakikatnya sekolah bukanlah sekedar tempat "transfer of knowledge" . Fraenkel menjelaskan bahwa sekolah tidaklah semata-mata tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise). Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian atau akhlaq. Sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan yang dilibatkan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui implementasi dalam menerapkan konsep pembentukan karakter pada fasilitas pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H