Lihat ke Halaman Asli

Pemulihan Korban Trauma Melalui Hubungan Terapeutik dan Empati

Diperbarui: 17 April 2019   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

vectorstock

Bullying merupakan sebuah kasus yang sangat serius di indonesia. Di lansir dari tempo.co, saat memperingati Hari Anak Nasional, KPAI mencatat kasus yang paling banyak adalah bullying.

Bullying adalah tindakan dimana ada seseorang atau lebih yang mencoba menyakiti dengan kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun non fisik (menghina dan berbicara kotor). Dan apa yang terjadi dengan korban bullying ? Tentu saja mereka akan mengalami gangguan psikis, seperti trauma. Nah lalu bagaimana caranya ? Apa yang harus dilakukan ? 

Dengan merawat pasien bullying adalah hal yang paling tepat untuk menyembuhkan psikis dari si pasien,yaitu melalui interaksi antara konselor dan pasiennya. Dan dalam BK, itu disebut konseling terapeutik. Di dalam konseling terapeutik, pasien akan melalui 3 tahap penyembuhan :

1. Psikodinamika, dimana pendekatan ini, pasien akan dimotivasi secara tidak sadar dan konselor akan meronkstuksi kejadian. 

2. Eksperiensial: konselor akan menggunakan terapi, seperti terapi client-centered (berdialog antar konsumen) dan terapi tingkah laku.

3. Tingkah laku : dengan melalui terapi rasional-kognitif dan tindakan.

Jika 3 tahap penyembuhan sudah dilakukan, konselor juga harus menempatkan posisinya untuk bisa memahami dan mengerti kebutuhan perasaan si pasiennya. Dan dalam BK, itu disebut empati. Sangat penting bagi konselor untuk melakukan hal tersebut, karena jika pasien merasa dimengerti, dia akan mudah membuka diri dan menyampaikan masalahnya. 

Lalu apa hubungan terapeutik dan empati ? 

Terapeutik adalah hubungan interaksi antara konselor dengan pasien. Interaksi tersebut bertujuan untuk menemukan penyebab masalah si klien serta mengidentifikasi masalah apa yang terjadi dengan pasien.

Dengan adanya rasa empati yaitu rasa untuk memahami si pasien dan menempatkan posisinya pada pasien,pasien akan lebih mudah untuk berinteraksi dan si pasien akan merasa dibantu untuk menyelesaikan masalah. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline