Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Literasi Sosial Budaya dalam Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia

Diperbarui: 27 Maret 2023   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) adalah bentuk evaluasi yang digunakan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) untuk mengukur empat kompetensi peserta didik di madrasah. Keempat kompetensi tersebut adalah Literasi Membaca, Literasi Numerasi, Literasi Sains, dan Literasi Sosial Budaya. Seluruh peserta didik pada kelas V MI, kelas VIII MTs, dan kelas XI MA akan mengikuti AKMI apabila pada tahun mendatang asesmen ini diberlakukan secara serentak di semua madrasah di Indonesia.

Pada Kemendikbudristek kita mengenal Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) atau dikenal dengan Asesemen Komptenesi Minimum (AKM) yang digunakan untuk mengukur kompetensi Literasi dan Numerasi. Kompetensi Literasi dalam AKM merupakan kompetensi Literasi Membaca dalam AKMI. Sedangkan Numerasi dalam AKM merupakan Literasi Numerasi dalam AKMI. Dua literasi yang terdapat dalam AKMI namun tidak terdapat dalam AKM adalah Literasi Sains dan Literasi Sosial Budaya.

Literasi Sosial Budaya dalam AKMI

Selain Literasi Sains, Literasi Sosial Budaya adalah literasi baru di MI, MTs, maupun MA. Menurut pakar Literasi Sosial Budaya, Prof. Dr. Zulfahmi Alwi, dalam pembekalan kepada Penulis Instrumen AKMI Literasi Sosial Budaya secara daring pada 7 Maret 2022 lalu, Literasi Sosial Budaya merupakan kemampuan mengetahui, merespon, merefleksi, mengevaluasi, dan mencipta pengetahuan, rencana sikap, dan rencana tindakan yang terkait dengan komitmen kebangsaan, toleransi, akomodatif dan inklusif, yang didesain berlandaskan pada disiplin ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, dan isu-isu strategis yang relevan, serta dikaitkan dengan konteks personal, masyarakat, religius sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.    

Literasi Sosial Budaya sama urgennya dengan literasi lainnya. Keberagaman geografis, penduduk, status sosial, keyakinan, golongan, dan budaya di Indonesia menjadi alasan rasional perlunya Literasi Sosial Budaya sebagai salah satu capaian kompetensi peserta didik dalam hal pengetahuan, cara pandang, sikap, dan tindakan beragamanya dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara damai, harmonis, dan menghindari kekerasan.

Berikut beberapa topik Literasi Sosial Budaya dalam AKMI berdasarkan pemaparan Prof. Dr. Zulfahmi Alwi, pakar Literasi Sosial Budaya AKMI dan Guru Besar Ilmu Hadis pada Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar:

1. Rasionalisasi

Literasi Sosial Budaya menjadi penting karena Indonesia yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke ini memiliki letak geografis daratan dan perairan yang unik. Unik karena wilayahnya selain diapit oleh daratan Benua Asia dan Australia, juga berada diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. 

Daratannya terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Perairannya terdiri dari laut, sungai, dan danau. Belum lagi gugusan pulau yang jumlahnya puluhan ribu. Perbedaan letak geografis ini sangat mempengaruhi kondisi sosial dan budaya penduduk setempat, tidak terkecuali ras, agama, suku, dan bahasanya. 

Kenyataan ini membuat Indonesia rawan mengalami konflik yang dapat mengakibatkan permusuhan dan perpecahan di antara warga negara apabila tidak ada upaya bersama untuk menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai, harmonis, dan menghindari kekerasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline