Lihat ke Halaman Asli

Antara Membaca dan Menulis

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424140368720967766

Membaca dan menulis mempunyai hubungan yang saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan. Menulis tanpa membaca bagaikan orang buta, membaca tanpa menulis bagaikan orang pincang, begitulah Lasa HS mengibaratkan dalam bukunya. Untuk dapat menulis, sangat perlu kiranya untuk banyak membaca. Karena dengan banyak membaca, seseorang akan berpengetahuan luas dan akan mudah menulis berbekal apa yang sudah dibaca. Dengan kata lain, apa yang sudah diperoleh dari proses membaca akan menjadi referensi bagi apa yang akan ditulis. Terlepas dari itu, penguasaan kosakata seseorang juga bisa bertambah dengan membaca.

Begitu juga sebaliknya, orang yang banyak membaca rasanya belum lengkap jika belum menulis. Apa yang dibaca akan mudah hilang. Akal tidak akan mampu menampung semua pengetahuan kita secara lengkap dan rinci. Pengetahuan tersebut akan luntur seiring berjalannya waktu.Sebaliknya, apa yang ditulis akan tetap abadi dan terkenang sampai penulisnya sudah meninggal dunia sekalipun.

Jika membaca adalah proses membuka jendela dunia, maka menulis adalah proses menyajikan kembali apa yang kita lihat dari jendela dunia tersebut kepada orang lain sekaligus mengasah seberapa jauh kita mampu mengingat dan memahami pengetahuan yang kita peroleh tersebut. Agar apa yang sudah kita ketahui tidak berlalu begitu saja dalam ingatan, maka alangkah sangat baiknya pengetahuan tersebut kita sajikan kembali dalam bentuk tulisan.

Menulis memang kelihatannya mudah. Namun, menulis tak semudah membalik telapak tangan. Tak semua orang bisa menulis. Menulis juga tak semudah berbicara Orang yang mahir berbicara sekalipun tak menjamin orang tersebut dapat menulis. Banyak orang yang ingin bisa menulis, namun keinginan tersebut tanpa disertai dengan praktek menulis yang akhirnya mereka tak pernah sampai pada keinginan mereka.

Masyarakat Indonesia memang masih kental dengan tradisi berbicaranya. Dibanding membaca, kebanyakan orang lebih suka ngobrol kesana kemari. Itulah sebabnya, di Indonesia ini presentase orang yang bergelut di dunia tulis menulis masih minim. Padahal kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa banyak bangsa tersebut memberikan kontribusi dalam dunia tulis menulis. Menulis memang mempunyai banyak aturan dan kaidah tertentu, misal dalam hal sistematika penulisan, dan pemilahan kata. Selain itu, untuk menghasilkan suatu karya tulis, seseorang harus berbekal banyak membaca. Minimnya pengetahuan dan tidak adanyakeberanian untuk mulai menulis, kiranya itu yang menyebabkan kebanyakan orang tidak menulis. Inilah hubungan yang erat antara membaca dan menulis. (­il ^­­­­­­­_^)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline