Belakangan ini, kasus perceraian sudah marak terjadi dimana - mana dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Bahkan kasus perceraian ini semakin meningkat di Masa Pandemi Virus Corona.
Meningkatnya angka perceraian di tengah pandemi itu sempat disinggung langsung oleh Menteri Agama Fachrul Razi dan meminta langsung agar KUA setempat bisa melakukan penyuluhan pada setiap pasangan saat masa pembinaan pranikah dan setelah menikah.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, dua puluh persen peningkatan perceraian terjadi pada pasangan yang baru menikah selama lima bulan atau kurang. Fenomena perceraian di masa pandemi ini ternyata tak hanya terjadi di Indonesia. Mengutip laman Natlaw Review, pada April lalu, tercatat peningkatan kasus perceraian sebesar tiga puluh empat persen di Amerika Serikat.
Beberapa alasan sering menjadi penyebab perceraian antar pasangan di masa pandemi itu salah satunya karena kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga kerap kali menjadi penyebab perceraian, lantaran perselisihan yang memuncak dari pasangan suami dan istri.
Selain kekerasan, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan banyak pasangan suami-istri kemudian bercerai di masa pandemu ini yaitu faktor ekonomi, di masa pandemi ini banyak orang yang kehilangan pekerjaannya dan lebih sulit untuk mendapatkan pengasilan sehingga kebutuhan tak terpenuhi. Kemudian, mereka merasa tak tahan hidup bersama pasangannya di bawah arus kemiskinan, sehingga memutuskan untuk mencari pasangan baru yang lebih menguntungkan.
Kesetiaan juga menjadi faktor selanjutnya yang menyebabkan pasangan suami-istri tak lagi cocok dan memutuskan bercerai di masa pandemi ini. Bisa karena jenuh ataupun salah satu dari mereka yang tertangkap basah tak selingkuh.
Selain itu, adanya perasaan cinta lain yang lebih menyenangkan adalah penyebab pudarnya kesetiaan antara masing-masing suami dan istri. Beberapa faktor lain yang kerap menjadi alasan terjadinya perceraian adalah faktor ketenangan. Ketenangan dan ketenteraman sering menjadi alasan lain.
Seperti yang kerap dijumpai dari media elektronik maupun media cetak, banyak ikatan rumah tangga mesti selesai karena pasangan tak merasa tenteram. Penyebabnya yaitu suami atau istri yang ringan tangan dan kerap menuntut.
Di luar faktor tersebut, perceraian juga kerap terjadi karena belum adanya keturunan dari pasangan suami istri tersebut. Banyak pasangan yang kerap berusaha mendapatkan keturunan, dari menemui dokter spesialis hingga mendatangi pengobatan alternatif. Namun, upaya tersebut belum mendapatkan hasil, hingga timbul percekcokan di antara keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H