Lihat ke Halaman Asli

Terimakasih Banyak, Diriku

Diperbarui: 19 Desember 2020   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Adalah hal yang manusiawi ketika seluruh dunia memusuhi dan menghancurkan hati kita, lalu kita mengingat diri kita sendiri sebagai satu-satunya yang paling setia. Saat itu kita benar-benar menyesal karena seringkali baik kita sadari atau tidak, kita telah berbuat tidak adil pada diri kita sendiri. Kita acapkali memaksa diri untuk berjuang terlalu  keras atas segala tuntutan yang diberikan oleh kehidupan. Terlalu keras mengejar dunia. Berusaha membahagiakan setiap orang. Lalu semakin lama kita merasa bahwa hasil yang kita harapkan tidak sesuai dengan perjuangan keras kita.

Dunia yang selama ini kita kejar seakan tak ada habisnya. Mengubah kita menjadi manusia rakus, haus akan pujian,  jabatan, dan kesuksesan. Orang-orang yang berusaha kita bahagiakan meninggalkan kita, mengecewakan kita. Saat itulah kita tersadar bahwa selama ini, kita tidak bahagia. Bagaimana bisa kita membahagiakan yang lain sedang untuk membahagiakan diri sendiri kita gagal. Saat itulah kita sadar bahwa hidup tidak melulu tentang perjuangan panjang namun juga tentang bagaimana kita bisa menikmatinya.

Pada saat dimana kita telah mengalami jatuh bangun menjalani kehidupan dan menghadapi jalan-jalan terjal,  kita akan menoleh ke belakang. Kita sudah melangkah sangat jauh ternyata. Banyak hal yang datang dan pergi. Banyak hal membahagiakan dan pedih. Bayak hal di jalanan yang kita lalui, kadang bunga-bunga, kadang juga duri. Berterimakasihlah pada diri sendiri yang tidak menyerah hingga saat ini, yang telah berusaha sebaik mungkin untuk kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnyna kita melihat kedepan. Nampak jalanan yang tak terlihat ujungnya. Masih jauh ternyata. Masih ada banyak hal yang harus kita lalui sampai Tuhan membawa kita kembali padaNya. Berterimakasihlah pada diri sendiri yang tak berhenti belajar meski seringkali terlupakan. Dari titik inilah kita sadar bahwa Tuhan Maha Baik telah menjaga dan menguatkan punggung kita. Dari titik inilah kita mulai kembali berjalan. Mencoba menikmati semua yang disuguhkan perjalanan. Berjalan dengan tidak hanya sambil berjuang namun juga sambil belajar. Hidup dengan membawa cinta bagi siapa saja yang kita temui, terutama untuk diri sendiri. 

"Terima kasih diriku, telah bertahan sejauh ini."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline