Lihat ke Halaman Asli

Abu Bakar RA dan Cara Diplomasinya

Diperbarui: 30 Oktober 2019   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

12 Rabiul Awwal tahun 11 H merupakan tanggal wafatnya Rasulullah SAW. Hal ini menimbulkan kesedihan yang luar biasa dalam diri muslimin saat itu. Beliaulah seorang komando tertinggi, seorang hakim, pemikir, sahabat, dan penunjuk jalan kebenaran. Tak heran, wafatnya Rasulullah menyebabkan kebingungan besar bagi para sahabat.

Ketika banyak yang berpendapat bahwa Rasulullah belum wafat, Abu Bakar-lah yang meyakinkan bahwa wafatnya Rasul adalah benar adanya. Abu Bakar membacakan satu ayat yang relevan untuk meyakinkan bahwa Rasulullah sudah tiada "Dan tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul, dan telah berlalu rasul-rasul sebelum dia. Apakah jika dia mati atau terbunuh kau berpaling...." (QS. Ali-Imran:143)

Tonggak kenabian telah berakhir dengan tersampaikannya misi Islam secara lengkap untuk seluruh umat manusia. Selanjutnya, umat manusia berkewajiban untuk mengamalkan seluruh ajaran Islam tersebut. Nubuwwah Rasulullah merupakan silsilah terakhir, namun, fungsi Rasulullah sebagai kepala pemerintahan harus tetap dilanjutkan.

Kepemimpinan yang harus dilanjutkan tersebut memunculkan inisiatif kaum Anshar untuk mengadakan pemilihan pengganti Rasulullah secara temporal. Kaum Anshar setuju memilih Saad bin Ubadah dari Bani Khazraj secara sepihak dan tidak meminta pendapat dari Kaum lainnya.

Tetapi, kedatangan Abu Bakar pada perkumpulan tersebut mengubah semuanya. Saat itu, Kesatuan Iman sedang dipertaruhkan, kekhalifahan dalam Islam menghajatkan satu khilafah, bukan khilafah yang terpecah-pecah dan orang Arab tidak akan mengakui jika seorang pemimpin bukan dari kaum Quraisy.

Abu bakar beserta Umar dan Abu Ubadah berangkat menuju pertemuan tersebut. Ketika tiga sahabat masuk dalam pertemuan tersebut, Kaum Anshar baru saja mengucapkan sumpah setia dengan Sa'ad bin Ubaidah sebagai pimpinannya. Abu Bakar mengingatkan Kaum Anshar untuk mengenali secara jernih realitas sosial dan keterbatasan situasi.

Dengan kecerdasan dan kecakapannya, Abu Bakar menyampaikan sebuah negosiasi. Pertama, Beliau sangat mengapreasi jasa-jasa kaum Anshar dalam membantu Rasul dalam menyebarkan agama Islam, namun, beliau juga mengingatkan bahwa orang Arab tidak mau jika pimpinannya bukan dari Kaum Quraisy. 

Selanjutnya, beliau menjelaskan posisi kaum Anshar dan para Assabiqunal Awwalun, lalu beliau memberi masukan dengan sangat adil yaitu, para sahabat Rasul yang akan menjadi Amir, dan Kaum Ansharlah yang akan menjadi Wazir. Lalu, Abu Bakar meminta kaum Anshar memilih satu di antara Umar dan Abu Ubadah.

Dua calon yang diajukan oleh Abu Bakar tidak diterima oleh para Kaum Anshar, tetapi mereka sepakat memilih Abu Bakar untuk menjadi Khalifah. Mereka berpendapat bahwa Abu Bakar-lah orang yang paling baik di kalangan Muhajirin, orang yang menemani Rasul saat di Gua Tsur, dan Pemimpin shalat saat Rasulullah masih hidup. Akhirnya, semua pihak yang hadir dalam pertemuan tersebut menyatakan sumpah setianya pada Abu Bakar.

Terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah telah mengamankan suasana yang mengancam keutuhan umat Islam setelah meninggalnya Rasul. Setelah itu, suku demi suku datang ke Masjid untuk menyatakan sumpah setianya pada Abu Bakar RA.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline