Lihat ke Halaman Asli

Jika Bobby Gema UI Sampai Jadi Pemimpin Perawat

Diperbarui: 9 September 2016   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis Di Lokasi Bobby Shooting, 7 tahun lalu saat wisuda sarjana

Beberapa waktu lalu muncul video yang cukup menghebohkan, yakni seorang Mahasiswa UI menggunakan almamater berlatarbelakang gedung Rektorat UI sedang berorasi yang mana isi orasinya cukup keras, ajakan tidak memilih Ahok (Sumber).

Sebenarnya ajakan tersebut sah saja, sayangnya video tersebut menggunakan bumbu SARA.

Hal inilah yang sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa, apalagi mahasiswa magister, apalagi mahasiswa UI. Seharusnya ajakan menolak Ahok didasarkan argumen-argumen ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

Sedihnya, setelah ditelusuri, si Bobby ini merupakan mahasiswa Magister Keperawatan angkatan 2015. Dapat dibayangkan seorang berparadigma SARA yang sempit jika nantinya bekerja di bidang kemanusiaan (menjadi tenaga kesehatan) yang seharusnya bebas dari kepentingan baik kepentingan politik, primordial, maupun SARA.

Bayangkan jika Bobby sedang merawat pasien, dan atas dasar beda aliran si Bobby lebih memilih untuk tidak menolong si pasien tersebut.

Saya sendiri sebagai non Muslim, mempercayakan perawatan kesehatan saya ke RS Haji Jakarta, sebuah RS yang dibangun pemerintah Saudi sebagai permintaan maaf tragedi Mina di awal 90an atau akhir 80an. Sebuah RS yang sapaan kepada tamu maupun pasien sangat Islami "Assalamualaikum", yang setiap jam 9 pagi selalu dibacakan doa Islami oleh announcer-nya untuk semua pasien dan pengunjung (juga pekerja) RS tersebut. Namun pelayanannya tidak membeda-bedakan latar belakang pasien. Hal inilah yang menyebabkan saya selalu ke RS tersebut jika memang perlu dirawat/konsultasi, bahkan kelahiran anak saya pun di RS tersebut. Beberapa dokter, suster, dan bidan dari RS tersebut saya kenal baik secara pribadi karena saking akrabnya hubungan pasien dan tenaga kesehatan di RS tersebut.

Sebaliknya, di tahun 1992 lalu, nenek saya yang seorang Hajjah lebih mempercayakan perawatan sakit kankernya ke RS Bala Keselamatan di Turen Malang, sebuah RS non Muslim yang setiap ruangnya dipasangi benda-benda rohani non Muslim. Namun perawatannya yang baik menjadikan RS tersebut juga dipercayai oleh pasien non Muslim.

Ambil pengandaian jika sebagai Magister Keperawatan si Bobby ini memegang komando atas perawat ruang atau instalasi. Lalu hadir pasien yang tidak sealiran, sangat mungkin Bobby memberikan perlakuan yang berbeda kepada pasien tersebut. Atau malah bisa mencelakakan si pasien, bukan cuma ga ditolong tapi sekalian diracun.

Oleh karenanya saya berharap baik Bobby maupun mahasiswa lain, singkirkan pandangan sempit soal SARA. Kedepankan argumen akademis yang bermutu. Bukan karena anda kuliah di kampus bagus lantas bisa merasa anda pun sudah menjadi orang terbaik. Bobby harusnya sadar bidang yang digelutinya merupakan bidang yang mengharapkan rasa kemanusian tak terbatas, termasuk terbatas oleh pandangan SARA.

Salam

Andreas Lucky Lukwira

Mahasiswa Magister Kriminologi UI angkatan 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline