Warga memutuskan untuk menghukum Syarif dan Ali, mereka menjatuhkan hukuman mati. Kemudian keduanya digiring ke suatu tempat, lalu diikat di tiang. Syarif dan Ali akan di bakar hidup-hidup di kobaran api yang menyala. Tak ada yang bisa dilakukan, tak ada yang mempercayai ucapan mereka.
Namun seketika datang seorang pria tua yang lewat di antara kerumunan, lalu pria tua itu ikut bergabung di antara kerumunan tersebut.
"Maafkan saya, sebenarnya kenapa banyak sekali keramaian di sini?" tanya pria tua itu kepada warga.
"Mereka melukai Kepala Desa kita!" teriak salah seorang warga.
"Lalu apa yang akan kalian lakukan kepada mereka?"
"Kami akan membakar mereka di atas kobaran api!" jawab seorang warga lainnya dengan penuh amarah.
"Apa benar mereka pelakunya? Bagaimana kalau bukan mereka pelakunya?" ujar pria tua itu, namun warga desa yang tengah berkerumun itu tak ada yang peduli.
"Untuk apa bertanya? Sudah jelas hanya mereka berdua yang ada di tempat kejadian!" ujar seorang warga setelah lama mereka diam tak memberikan jawaban kepada pria tua.
Pria tua itu terdiam sejenak, dia ingat akan beberapa butir biji Sebalik Sumpah yang ia simpan di dalam sakunya, dia segera mengeluarkan biji-biji tersebut.
"Nah, ini dia! Semoga saja berguna," gumam pria itu, dia berteriak memanggil warga . Penduduk desa segera menghampirinya.
"Kemarilah sebentar!"