Bulutangkis merupakan olahraga tumpuan Indonesia untuk mendulang medali emas di event olahraga multicabang atau pesta olahraga multicabang, baik SEA Games, Asian Games, maupun Olimpiade. Bulutangkis adalah olahraga primadona. Di Indonesia sendiri, olahraga tepok bulu ini merupakan olahraga yang paling populer, setelah sepak bola.
Acapkali atlet bulutangkis Indonesia sukses mengibarkan bendera merah putih di tiang tertinggi pada event-event bergengsi yang berskala internasional. Tak hanya atlet, pencinta bulutangkis Indonesia juga acapkali dibuat menangis oleh selebrasi prestasi yang dilakukan para pendekar bulutangkis kita. Tentu tangisan di sini adalah tagisan kebanggaan.
Namun, pada Olimpiade Paris 2024 yang terlaksana dengan meriah dan gegap gempita, para atlet bulutangkis Indonesia satu per satu gugur di babak penyisihan grup. Indonesia hanya menyisakan tunggal putri, Gregoria "Jorji" Mariska Tunjung yang sukses melangkah ke perempat final. Sebuah kenyataan pahit yang mesti diterima oleh pencinta bulutangkis kita.
Di cabang bulutangkis, Indonesia sebenarnya meraih tiket di semua nomor. Tunggal putra diwakili Anthony Sinisuka Ginting dan Jonathan Christie. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di ganda putra. Gregoria menjadi wakil Indonesia di tunggal putri. Di ganda putri, ada Apriyani Rahayu/Siti Fadia. Sementara ganda campuran, ada Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas.
Kekuatan bulutangkis Indonesia di Olimpiade ada di pundak sembilan pemain. Jonathan Christie menjadi tumpuan utama menyabet medali. Namun, Jojo tak mampu lolos dari penyisihan grup setelah dikalahkan Lakshya Sen (India) dengan skor 18-21 dan 12-21 pada pertandingan terakhir penyisihan grup. Setali tiga uang dengan Anthony Sinisuka Ginting.
Peraih perunggu Olimpiade Tokyo 2020 ini tak mampu melewati babak penyisihan grup. Ginting dikalahkan wakil tuan rumah, Toma Junior Popov, 19-21, 21-17 dan 15-21. Apriyani/Rahayu lebih tragis. Pasangan ini tak mampu menang sekalipun, dan menutup kiprahnya di Olimpiade dengan kekalahan dari Pearly Tan/Thinaah Muralitharan (Malaysia), 18-21 dan 9-21.
Sementara itu, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas, juga tak mampu melewati babak penyisihan grup. Berlaga di Grup A, Rinov/Pitha dikalahkan wakil tuan rumah, Thom Gicquel/Delphine Delrue, di pertandingan terakhir penyisihan grup, dengan dua game langsung, 13-21 dan 15-21. Hasil ini sangat memilukan. Padahal persiapan sudah dilakukan dengan matang.
Namun, ini bukan episode kedukaan, di mana semua orang menumpahkan air mata akibat derita yang mendalam atas hasil ini. Indonesia masih punya Gregoria Mariska Tunjung yang diharapkan bisa menyelamatkan muka Indonesia di arena Olimpiade. Jorji kita harapkan menjadi bintang terang di kegelapan. Semua pihak mesti memusatkan perhatian ke Jorji.
Cewek manis kelahiran Wonogiri ini mesti diberi suntikan semangat. Dikuatkan mentalnya agar tidak runtuh. Jorji harus diberi motivasi bahwa di balik kegelapan ada setitik cahaya yang kita beri nama "bintang". Jorji sejauh ini masih memberi napas panjang buat Indonesia. Ia berhasil ke perempat final, dan akan melawan wakil Thailand, Ratchanok Intanon.