Virus Corona atau Covid-19 terus menyebar ke berbagai belahan dunia, salah satunya Indonesia. Kasus Covid-19 ini pertama kali diumumkan oleh Jokowi bersama Menteri Kesehatan beberapa waktu yang lalu.
Setelah pengumuman tersebut, virus ini begitu cepat menular ke berbagai manusia di berbagai daerah di Indonesia.
Per tanggal 22 Maret, sudah ada ratusan yang dinyatakan positif dan puluhan meninggal dunia akibat Covid-19 ini.
Yang meninggal itu mulai dari tenaga kesehatan (dokter) hingga para orang tua.
Covid-19 ini sungguh berbahaya. Ia begitu cepat menular kepada manusia dan bisa menyebabkan kematian. Kematian diakibatkan Covid-19 ini tergolong sebagai kematian tertinggi di Asia Tenggara.
Atas hal tersebut, beberapa pandangan bermunculan di media. Salah satunya agar Indonesia di-lockdown.
Secara sederhana, lockdown ini berarti pembatasan seluruh aktivitas di luar ruangan. Yang mana, masyarakat tidak dibolehkan keluar dari rumahnya, apalagi ke luar daerah.
Berbagai pakar ekonomi telah menyebutkan dampak lockdown ini. Yang mana jika ini dilakukan oleh pemerintah Indonesia, semua masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah akan kehilangan penghasilannya. Terutama mereka yang berjualan di pinggir jalan.
Selain itu, tingkat kriminal akan meningkat dan perekonomian Indonesia akan turun drastis.
Saya pun mencoba mewawancarai pedagang kecil yang berjualan di pinggir jalan di depan Universitas Jambi Kampus Mendalo. Ada 2 pedang yang saya wawancarai untuk mendengarkan suara kecil mereka atas usulan lockdown ini.
Ketika saya menanyakan kepada seorang ibu-ibu apakah ia takut Corona, ia menjawab, "Penyakit itu Tuhan semua yang ngatur. Apa pun kerjaan kalau waktunya belum mati pasti gak mati," ujar ibu Akmala memakai bahasa Melayu (Palembang).