DPR RI yang diketuai oleh Akbar Tanjung akan membentuk panitia khusus membahas masalah Gus Dur berupa korupsi dana Bulog dan bantuan dari Sultan Brunei.
Sebelum itu, para elit politik melakukan rapat tertutup. Dokumen ini disebut sebagai Dokumen Perencanaan.
Ini ditulis oleh Priyo yang mengaku diminta menuliskan hasil pertemuan berdasarkan dari catatan Arifin Panigoro.
Rapat ini dihadiri oleh Fuad Bawazier, Ginanjar Kartasasmita, Arifin Panigoro, Kapolri kala itu, Kapolda Metro Jaya kala itu, Asisten Intel Kapolri Pol Guntur, dan Ketua Pengurus Besar HMI M. Fakhruddin.
Baca juga: Akbar Tanjung, Aktor Kudeta Gus Dur
Ada beberapa alumni HMI yang diundang tetapi tidak datang ketika rapat yaitu, Dawam Rahardjo.
Rencana-rencana mereka hampir final. Mulai dari penggiringan opini, melemahkan rupiah, dan mengkonsolidasikan seluruh kekuatan.
Atas hal itu, mereka tidak boleh salah memilih figur untuk menjadi Presiden Republik Indonesia.
Ada 4 nama yang muncul sebagai kandidat presiden ketika Gus Dur dilengserkan. 3 dari partai politik dan 1 cendikiawan muslim.
Keempat nama itu iyalah Akbar Tanjung selaku Ketua DPR RI, Amien Rais selaku Ketua MPR RI, Megawati Soekarnoputri selaku Wakil Presiden, dan Nurcholish Madjid (Cak Nur) selaku cendikiawan muslim.
Selain Megawati, ketiganya merupakan alumni HMI yang sangat berpengaruh. Cak Nur Ketum PB HMI dua periode, Akbar Tanjung Ketum PB HMI setelah Cak Nur, dan Amien Rais Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI HMI) di Yogyakarta.