Lihat ke Halaman Asli

Lukman Hakim Dalimunthe

Founder Perpus Rakyat

Ahmad Wahib: Saya Tak Berhak Ada dalam HMI

Diperbarui: 14 Februari 2020   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tirto.id

Dalam buku Pergolakan Pemikiran Islam, buku catatan harian Ahmad Wahib yang kontroversial itu penuh dengan kritikan, terutama kepada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di era ia berproses. 

Sebelum masuk ke pembahasan itu, saya ingin menyampaikan bahwa buku ini mendapatkan banyak sekali gugatan dari berbagai pihak, terutama di kalangan umat Islam. 

Banyak juga yang kagum dengan gagasan-gagasan Ahmad Wahib tersebut dan sampai saat ini buku ini masih dibaca banyak kalangan. 

Mari kita masuk ke pembahasan curhatan Ahmad Wahib ketika ia di HMI. Curhatan tersebut berada di halaman 28 yang mana ditulis pada 21 Mei 1969. Begini isinya.

Kata-kata Salman Karim atau Imaduddin dan kawan-kawan bahwa orang-orang seperti saya dan Djohan sebetulnya tidak berhak ada di HMI, adalah tidak begitu salah. Sebab sudah begitu lama garis yang ditempuh HMI ini terutama garis-garis yang ditempuh sejak awal 1967 sampai medio awal 1969 ini saya dan Djohan secara fundamental tak bisa menerimanya. Saya dan Djohan menganggapnya sebagai langkah ketinggalan zaman, reaksioner, dan "primitif". Dalam periode itu sebetulnya kami berdua ada dalam pihak oposisi. Dan tidaklah terlalu salah bila Endang (LDMI) itu menuduh kami berdua telah mendongkel Nurcholish. 

Tapi rupanya Salman Karim dan Endang yang berbicara begitu pada hari akhir Kongres Malang lupa, bahwa sesungguhnya sejak hari itu HMI telah ada di garis kami. Bleid-bleid Pengurus Besar (PB) yang dulu ternyata telah tertolak secara implisit. Konsep-konsep Jawa Tengah gol kecuali likkan, orang-orang yang berkultur seperti Salman, Endang, Imaduddin-lah sebetulnya yang konsepsional tidak berhak di HMI. 

Dari Kongres Malang, konsepsional HMI telah menjadi organisasi moderen, kader, independen, tidak committed pada suatu golongan. Jadi di bidang konsepsional kaum pembaharuan menang. Tapi di bidang personal, sebagai pelaksana konsepsi, kaum pembaharuan kalah. 

Namun demikian, kaum pembaharuan dalam HMI, saya dan Djohan bersama kawan-kawan lain, telah memperoleh legalitas dari Kongres untuk melanjutkan perjuangan di bidang ide. 

Sekilas kita lihat ada sebuah pertarungan gagasan di Kongres Malang antara Cak Nur, Endang, dan Imaduddin dengan Ahmad Wahib, Djohan, dkk.

Baca juga: Daftar Tokoh HMI/KAHMI dalam Dokumen Pelengseran Gus Dur

Mungkin yang dimaksud Ahmad Wahib iyalah Djohan Effendi. Djohan merupakan alumni HMI yang getol membela aliran Ahmadiyah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline