Lihat ke Halaman Asli

lukmanbbs

lukmanbrebes

Siswaku yang Tak Mau Dibanding-bandingke

Diperbarui: 19 November 2022   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ojo dibanding-bandingke Ala Siswa Bersama Guru BK

Brebes (Kamis, 17/11/2020), pagi hari di sekolah, penulis memanggil salah satu siswa yang memiliki masalah dalam kehadiran dan kedispilinan di sekolah.

Sesampainya di ruang BK, siswa tersebut disuruh duduk dan penulis memerintahkan siswa menuliskan apa yang diinginkannya ketika berada di rumah maupun di sekolah.

Dari beberapa catatan yang ditulis siswa, ada salah satu hal yang menarik  menurut penulis dan berusaha untuk dituangkan dalam artikel sederhana ini, yaitu tentang tulisan siswa ketika berada di rumah "Jangan dibanding-bandingkan."

Sebelum penulis menanyakan lebih jauh permasalahan membanding-bandingkan. Penulis  mengawali pertanyaan pada diri sendiri dan mencari literasi tentang membanding-bandingkan.

Secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata membandingkan adalah memadukan (menyamakan) dua benda (hal dan sebagainya) untuk mengetahui persamaan atau selisihnya.

Menurut Nida Khairunnisa membandingkan adalah cara berpikir rasional manusia untuk mengetahui dan membedakan mana yang baik dan yang jahat, suka atau tidak, dan hal ini biasanya terjadi tanpa kita sadari. Ia pun lebih jauh mengatakan bahwa membanding-bandingkan adalah termasuk insting manusia sendiri.

Sepertinya salah satu perilaku orang tua yang suka membanding-bandingkan tersebut  tidak disukai oleh siswa. Meskipun  membanding-bandingkan  sendiri merupakan sesuatu yang normal, tapi  pada sisi lain ada  dampak yang  kurang baik dirasakan oleh anak dan keluarga.

Setelah mendapatkan informasi  tentang teori membanding-bandingkan, penulis pun kembali mencari informasi tentang diri siswa kenapa ia tidak mau dibanding-bandingkan dan apa efek dari perilaku orang tua yang suka membanding-bandingkan pada anak.

Dengan memahami apa yang dikatakan siswa  ketika dirinya dibandingkan-bandingkan, maka dapat dikatakan membandingkan sendiri memiliki sisi pesan positif namun pada sisi lain juga ada nilai negatifnya.

Ketika membanding-bandingkan dengan tujuan supaya mendapat motivasi dari orang lain, agar memiliki semangat belajar lebih giat atau kualitas ibadah tinggi sehingga kita juga ikut terpacu untuk meningkatkan kualitas diri. Yang demikian ini,  Rasulullah SAW juga menganjurkan. Agar manusia sering bergaul dengan orang-orang yang shalih, sehingga akan banyak berintrospeksi diri, selalu mendapat suntikan semangat beribadah dan beramal baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline