GLONDOR PEMBUNUH IKAN DI SUNGAI
Glondor dalam tradisi masyarakat Randusanga Brebes, merupakan banyaknya air tawar yang pertama kali masuk ke aliran sungai pada musim penghujan, yang sebelumnya sungai tersebut hanya terairi oleh air asin dari laut.
Glondor juga dapat dikatakan, datangnya air tawar masuk kali, karena air hujan yang lebat, kemudian air hujan tersebut, mengalir ke kali sehingga bertemu dengan air asin. Rasa air asin terkalahkan oleh air glondor hujan yang tawar, keruh dan bau.
Glondor membuat ikan-ikan di sungai yang selama ini hanya hidup di air asin, dibuat stress hingga sampai mati, terkena air hujan yang keruh dan bau. Biasanya pasca glondor, didapatkan ikan-ikan mati mengapung dipinggir sungai, yang saat stress tidak diambil oleh masyarakat yang rumahnya dekat sungai.
Adapun yang paling banyak ikan mati dan mengambang tidak diambil adalah ikan keting, yang memang banyak hidup di sungai, harganya murah dan patilnya menyakitkan kalau mengenai tangan. Sedangkan Ikan kakap, sembilang, saat stress dan terlihat oleh masyarakat dapat ditangkap. Walaupun kadangkala masih ditemukan ikan tersebut mengapung dipagi harinya.
Glondor satu sasi dapat dikatakan panen ikan kali, oleh masyarakat tertentu. Karena ketika air asin tercampur air hujan yang banyak pertama kali, membuat ikan stress dan banyak yang mati. Meraka yang memiliki alat perangkap ikan (di desa saya namanya pasangan dan Badong) tentu yang beruntung. Karena ikan dan udang semua masuk dalam perangkapnya.
Glondor dapat dikatakan tradisi tahunan, mendapatkan ikan stress di sungai. Dulu pada tahun 2000-nan, Glondor membuat anak-anak kecil dan orang dewasa mencari dan mendapatkan ikan banyak di sungai. Sehingga sepanjang sungai terlihat ramai, seperti hiburan yang sudah menjadi tradisi tahunan.
Memang semakin tahun, tradisi penen ikan di kali saat glondor, semakin tidak ramai seindah dulu. Kalau dulu sepertinya setiap rumah yang dekat sungai, dipastikan ikut andil dalam tradisi tahunan, panen ikan saat glondor, sehingga jarang sekali, ditemukan ikan mati mengambang dan tidak dimanfaatkan.
Tidak seperti glondor pertama kali pada tahun 2020, yang terjadi pada hari kamis, sekitar jam 22.00 WIB tanggal 22 Oktober 2020. Sedikit mayarakat yang mengetahuinya akan ada glondor. Sebab hujan hari kamis jam 15.00 WIB. Tangal 22 Oktober 2020. Seperti biasa tidak besar. Perjalan air hujan dari desa tetangga, biasanya 5 nyampai 10 jam. Sehingga pertemuan air hujan dengan air asin pada malam hari, jarang yang mengetahuinya.
Kalau saja glondor itu datang di pagi hari, dimungkinkan banyak masyarakat yang rumahnya dekat sungai mengetahuinya, dan ikut meraimaikan tradisi panen ikan saat glondor.
Penulis berharap kalau saja, tradisi panen ikan di sungai saat glondor pertama di musim penghujan, yang biasa ramai dan diikuti oleh anak-anak, ibu, dan bapak-bapak. Karena banyak ikan yang stress dan mati. Dapat dilestarikan dan menjadi wisata tahunan tersediri di Randusanga. Sebagai wisata hiburan menangkap ikan dikali. Yang disiapkan dengan baik, sehingga tradisi panen ikan saat glondor itu ramai dan diikuti oleh siapa saja dan dari mana saja. Semoga.