Lihat ke Halaman Asli

Puisi Lukman A Salendra

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14174121431911497987

[caption id="attachment_379651" align="aligncenter" width="448" caption="Foto ini saya ambil saat menuju Malinau (Dok.Pribadi/Las)"][/caption]

Di Sungai Kayan, Air Pun Menari Mengikuti Alunan Waktu

Goyangan ini, Kekasih
Bukan semata karena ombak
Tapi badan kita yang melaju
Menari ke kanan dan ke kiri
Sampai di batas labuhan
Sampai kengerian kecil ini
Sirna

Ada pepohon nipah
Di tepian.
Cocok untuk rumah buaya
(buaya-buaya dari Jakarta)
Ada pohon yang akarnya di air
Ada ombak menepikan kabar
Ada bongkahan hanyut
Seperti bugang tanpa nafsu

Siapakah sang penyelamat hari ini
Di antara cuaca menjelang gelap
Dan kabut asap
Kekasih, tenangkan saja jiwa
Yang meradang cemas
Percayakan pada si motoris
Atas kemanusiaan yang terombangambing
Ke mana dan di mana sebenar kita menuju
Adalah kegilaan riak-riak kecil
Kita berdekapan saja dalam cipratan.
Dan di segi tiga pertemuan, pertemanan
Antara sungai Mentarang, Kayan dan Hulu
Kita biarkan badan kita sekali lagi terbantun
Mesin yang Tuhan, kita yakini
Segala-Nya membuat kita terus ada

Ada kapal lain melaju kencang
Membawa badan-badan gairah
Sebaiknya kita tak bertanya
Dari mana mereka
Sejatinya kita pun tak paham
Dari dan ke mana ini nyawa kita
Bermuara

In, 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline