Lihat ke Halaman Asli

Hantu dan Ketakutan

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Mukhlishin*

Oong berjalan dengan wajah tertunduk penuh ketakutan melintasi jalan setapak yang harus dilaluinya untuk pulang ke rumahnya. Pasalnya, dia baru saja selesai mengaji di Langgar tempat dia dan teman-teman seusianya mengaji. Biasanya dia tidak pulang sendirian. Mahmud, Mail dan Aan adalah tetangganya sekaligus teman mengajinya yang selalu bersama Oong ke Langgar. Tapi malam ini, Oong harus pulang sendirian melewati tegalan yang tak dihuni rumah penduduk satupun. Mahmud, Mail, dan Aan malam itu tak mengaji. Entah apa yang membuat mereka tidak mengaji malam itu.

Saat berangkat tadi, Oong masih santai berjalan sendirian melewati tegalan itu untuk sampai ke Langgarnya karena matahari masih menyinarkan cahayanya walau sudah meredup. Tetapi sekarang, Oong harus pulang saat sinar matahari sudah benar-benar tenggelam digantikan gelapnya malam. Hanya sedikit dibantu cahaya bulan yang lebih dari separuh bentuknya sudah menggelap dilihat mata.

Ada hal yang membuat Oong begitu takut melewati tempat itu sendirian. Orang tuanya selalu menakut-nakuti Oong dengan sesuatu yang tak bisa dinalar, yaitu hantu. Hantu menjadi cerita bulan-bulanan orang tuanya agar Oong tidak keluyuran saat malam-malam. Mungkin ini akibatnya Oong sekarang begitu ketakutan ketika berjalan sendirian di tempat-tempat gelap dan sepi. Ada dua hal lagi yang membuat Oong bertambah ketakutan. Pertama yaitu cerita hantu kolong wewe yang terkenal suka menculik anak kecil untuk disusuinya. Yang kedua karena tempat itu menurut masyarakat setempat dijadikan tempat persembunyian favorit para maling sebab tegal itu memang sepi. Cocok untuk persembunyian pencuri dan makhluk halus yang memang mencintai tempat yang tak dihuni orang banyak.

“Astaghfirullah. Kenapa bulu kulitku tiba-tiba meremang?” Kalimat astaghfirullah itu begitu fasih keluar dari mulut Oong yang masih berusia tak genap sepuluh tahun itu. Betapa lucunya jika ucapan astighfirullah itu dimaksudkan agar Tuhan membantu dia mengatasi rasa takutnya saat itu dan membantunya mengusir makhluk-makhluk halus yang akan mengganggunya. Menggelikan memang jika astaghfirullah dimaksudkan seperti itu, sama menggelikannya dengan orang tuanya yang menceritakan hal-hal yang tak masuk akal seperti cerita hantu yang menekankan rasa ketakutan, bukan berdasar pada pikiran atau nalar.

Bulu meremang, selalu diidentikkan dalam masyarakat bahwa saat itu makhluk halus sedang mendekat dan ingin mengganggu. Dan, apakah makhluk halus juga mendekati Oong saat bulu-bulu dia mulai meremang saat itu? Tak ada yang tahu. Yang pasti, kejadian itu yang ingin dihindari Oong. Entah bagaimana caranya.

Oong terus saja berjalan dengan mata tetap menatap ke bawah. Oong tak berani melihat ke samping, ke atas maupun menoleh ke belakang. Bahkan Oong tak berani melihat lurus ke depan. Jantungnya yang berdetak cepat seolah tidak ingin kalah dengan langkah kakinya yang juga semakin cepat menginjak-injak bahkan menendang dedaunan kering yang gugur dari pohon-pohon yang memenuhi sepanjang jalan setapak itu. Penuh harap untuk segera melewati tegalan yang sepi itu.

Mulut Oong pun terlihat komat-kamit saat kencang berjalan. Dia membaca surat-surat pendek Al-Quran yang berhasil dihafalnya. Surat al-Ikhlas, Surat an-Nas, dan Surat al-Fatihah dia baca, dan memang tiga surat pendek itu yang dia hafal. Mungkin Oong sedikit menyesal saat itu tidak hafal ayat Kursi karena menurut guru ngajinya ayat Kursi adalah bacaan yang ampuh untuk mengusir makhluk halus yang akan mengganggu manusia.

Sudah separuh perjalanan di tegalan itu berhasil Oong lewati. Sebenarnya tegalan itu tak seberapa luas. Dari rumah penduduk di ujung tegalan yang sepi itu dengan rumah penduduk di ujung tegalan yang arahnya berlawanan hanya berjarak kira-kira kurang dari dua kilometer. Tapi tak ayal, walau jaraknya tak seberapa jauh, sebenarnya Oong selalu ketakutan ketika melewati tempat itu walau bersama teman-temannya. Dan sebenarnya ini merupakan penyakit psikis tersendiri bagi Oong. Tapi masyarakat setempat tampaknya mendukung penyakit ketakutan yang disebabkan tempat sepi dan hantu itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline