Alih - alih ingin mencuri perhatian masyarakat Indonesia, justru banyak kritikan pedas dari netizen di berbagai media sosial, baik itu Facebook, twitter maupun tiktok. Pemasangan baliho oleh tokoh tertentu yang diprediksi akan maju ke kancah pencalonan presiden Tahun 2024 ini bisa kita temui dimana - mana. Bahkan sampai ada yang telaten menghitung jumlah baliho dalam suatu wilayah tertentu.
Penulis tidak akan mengupas terkait analisa para netizen yang menganggap terlalu dini pemasangan baliho tersebut, apalagi kalau dikaitkan dengan kondisi pandemi saat ini. Efektifitasnya dan prioritasnya sangat tidak elok, yang tentu semestinya anggaran tersebut bisa digunakan untuk membantu masayarakat yang terkena dampak pandemi. Namun, kali ini penulis akan mengungkap dari sisi lain terkait seberapa efektifkah penggunaan baliho ?
Efektifkah Baliho Sampai Saat ini ?
Kalau kita perhatikan dan analisa, penggunaan baliho tidak lekang oleh zaman, meski masing - masing orang memiliki smartphone dan rajin bermedsos. Semestinya bisa juga dengan membuat leaflet digital yang bisa dibagikan di whatsapp, facebook maupun media "maya" lainnya.
Tapi ternyata penggunaan baliho untuk dipasang di jalan - jalan atau tempat strategis masih menjadi pilihan utama bagi orang - orang yang memiliki kepentingan tertentu agar minimal ia dikenal oleh masyarakat. Coba bayangkan ? Berapa orang dalam sehari yang melintasi baliho yang terpasang ? Ratusan orang ? Lebiiih.
Makanya tidak heran, kalau secara digitalpun baliho masih dijadikan media, sebut saja film sinetron sekarang yang seringkali disisipi dengan iklan baliho yang seolah - olah terpasang di lokasi tertentu yang kemudian menjadi sorotan dalam film itu. Ini menjadi bukti bahwa baliho atau billboard masih efektif dalam publikasi advertising.
Iklan Baliho Masih Membekas dalam Pandangan Mata yang Melihatnya
Ini fakta, gambar yang sering kita lihat apalagi dilewati jalan tersebut yang ada foto orang di baliho tersebut, akan membekas dan terbayang, minimal akan mengenali namanya serta logo partai yang tercantum. Tentu saja kenangan atau bayangan itu bisa saja memberi dampak positif, atau bahkan bisa negatif.
Penilaian masing - masing orang untuk memberikan kesimpulan akan menjadi penentu pada masa kepentingan itu mulai dibutuhkan, semisal saat pemilihan kepala daerah atau kepala negara. Tinggal bagaimana pendukungnya memberikan pandangan terkait orang yang ada di baliho tersebut.
Apalagi kalau sudah menjelang pemilihan umum, banjir order bagi para pemilik usaha banner, baliho, billboard, sticker, kaos dan lainnya yang tentu tidak luput mencantumkan nama atau foto calon pemimpin tersebut. Pemasaran iklan secara langsung dengan bentuk fisiknya terpampang masih terasa efektif dibanding hanya mengandalkan iklan virtual yang dengan segala keterbatasan orang yang setiap hari melihatnya.