Menakar sebuah tagar Revolusi Akhlak yang didengungkan oleh Pemimpin Ormas yang baru saja kembali ke negara Indonesia rupanya menimbulkan silang pendapat dari beberapa kalangan. Pasalnya, alih - alih mendengungkan revolusi akhlak, namun tidak memberikan himbauan untuk memperhatikan protokol kesehatan.
Penyambutan yang melibatkan orang tanpa adanya jarak atau social distancing, mestinya menjadi perhatian dan memberikan anjuran kepada pengikutnya untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan, bukan malah terkesan membiarkan.
Ada pernyataan menarik dari sekretaris umum Muhammadiyah Abdul Mu'ti ketika menanggapi seolah ada pembiaran dari Pemerintah menghadapi masyarakat yang melanggar protokol kesehatan.
Saya, terus terang, prihatin dengan sikap Pemerintah dan aparat yang terkesan membiarkan pelanggaran protokol Covid-19 oleh elit, termasuk oleh Habib Rizieq dan para tokoh lainnya.
Sementara, rakyat kecil dikejar-kejar, dikenai sanksi, dan tidak boleh berdagang karena Covid-19. Peraturan harus ditegakkan kepada siapa saja.
Kalau kita perhatikan, sebetulnya mungkin Pemerintah melalui gugus tugasnya sudah mengingatkan, namun kita tahu sendiri bahwa kadangkala ada oknum yang tidak mau diatur lalu dengan alasan tertentu melakukan pertentangan yang akhirnya malah membuat kericuhan.
Kita tahu sendiri melihat di media, lautan manusia hadir menyambut kedatangan Junjungannya dengan tidak memperhatikan protokol kesehatan. Di masa pandemi ini, semestinya semua ikut berpartisipasi demi memutus rantai penyebaran covid-19 dengan mematuhi aturan. Tentu ini adalah tugas kita semua, bukan menyalahkan gugus tugas saja, namun semua elemen masyarakat harus ikut mencegah.
Ngeyel dan Sok Bener
Orang - orang yang ketika diberi nasehat tentang kesehatan, seringkali mereka ngeyel dengan alasan ini itu yang didasari tanpa ilmu sama sekali. Mereka hanya melandaskan pikiran sendiri dan mengambil sumber dari media sosial yang memberikan informasi bahwa covid itu hanya konspirasi dan lainnya. Mereka tidak mengambil sumber dari para ahli kesehatan, para dokter dan orang yang mumpuni di bidangnya. Ironis memang, kadangkala menghadapi orang seperti itu yang muncul dari mereka hanya emosi.
Sehingga muncullah pembiaran, kata orang jawa bilang ," Jor bae lah" ( biarkan saja lah ), demutna mbati ngeyel ( diingatkan juga ngeyel ). Mestinya orang - orang yang berpengaruh memberikan fatwanya terkait pandemi ini, bukan merasa "BANGGA" dengan "KEAKUANNYA". Inilah SAYA, inilah sambutan orang - orang terhadap diri SAYA. Tidak ada yang MENYAMAINYA, meski Presiden Sekalipun.
Tidak sedikit muncul rasa ujub atau sombong dari pendukungnya atas kejadian penyambutan yang melibatkan ratusan orang, inilah IMAM GEDE KAMI !!! Ayo..mau apa kalian ? Apa mau menghalangi Kami ? Tidak Bisa !!!