Beberapa waktu terakhir, topik Pilwako Solo hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan. Tema besar dalam Pilwako Solo ialah tentang dinasti politik.
Hal itu tergambarkan melalui putra sulung Presiden Joko Widodo yang maju sebagai kandidat dalam Pilwako Solo mendatang. Menariknya adalah, majunya Gibran oleh sebagian orang berpendapat bukanlah ekspresi politik dinasti melainkan hak berpolitik. Jadi ada dua versi sudut pandang dalam konteks ini.
Ciri politik dinasti ini semakin kuat ketika di dalam keluarga Presiden Joko Widodo, tidak hanya anak sulungnya yang maju sebagai kandidat dalam Pilkada mendatang namun juga diikutkan oleh mantu Presiden Joko Widodo.
Apakah ini hanya sekedar ekspresi hak politik? Kita tentu saja paham bahwa tidak hanya modal kemauan akan tetapi yang terpenting adalah membaca peluang atau kesempatan.
Gibran Rakabuming sebagai anak seorang Presiden boleh jadi karena membaca peluang. Terbukti, rivalnya yaitu Achmad Purnomo harus menerima kenyataan pahit tidak memperoleh rekomendasi dari DPP PDIP.
Padahal jika mengacu pada kriteria kelayakan, Ia sangat layak dibandingkan dengan Gibran Rakabuming. Fakta Gibran Rakabuming sebagai anak Presiden sangat kental sebagai indikator putusan DPP PDIP.
Lebih lanjut kiprah seorang Gibran dinilai mulus untuk menduduki jabatan nomor satu di kota Solo tersebut. Hampir seluruh partai di Solo berkoalisi untuk memenangkan Gibran, kecuali PKS. Fakta tersebut mengarah pada kemungkinan Gibran Rakabuming berhadapan dengan kotak kosong dalam Pilwako Solo mendatang.
Namun sepertinya hal itu tidak akan terjadi. Pada beberapa waktu lalu beredar kabar bahwa terdapat pasangan calon Pilwako Solo yang akan maju melalui jalur independen. Seperti yang diberitakan oleh Kompas TV pada Rabu (22/7).
Bagyo Wahyono dan FX Supardjo tampaknya serius mencalonkan diri untuk menantang Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa di Pilkada Solo 2020.
Sedikit mendalami tentang pasangan yang diberi nama BAJO yang merupakan singkatan dari nama masing-masing Bagyo Wahyono dan FX Supardjo.
Latar belakang keduanya adalah masing-masing sebagai tukang jahit dan ketua RW. Membandingkan dengan pasangan Gibran Rakabuming tentunya tidak sepadan.