Lihat ke Halaman Asli

Lukman Yunus

Tinggal di pedesaan

Tantangan Petani Saat Detik-detik Panen

Diperbarui: 11 Juli 2020   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanaman padi menguning | Foto Lukman Yunus


Petani adalah tulang punggung perekonomian nasional maupun dunia. Produk pertanian yang merupakan kebutuhan pangan manusia khususnya di Indonesia menjadi bagian terpenting penunjang kehidupan. Dimana salah satu hasil pertanian adalah beras. Selain Indonesia juga ada beberapa negara lainnya yang makanan pokoknya ialah dari beras. Sehingga kadangkala negara kita melakukan kerjasama ekonomi dengan negara lain melalui ekspor dan impor produk pertanian jenis beras.

Profesi petani umumnya tersebar di pedesaan. Jika membicarakan tentang perubahan, petani di desa saya sebagian besar sudah meninggalkan pola lama dalam hal mengurusi pertanian sawah. Sebagai contoh, dulu ketika membajak sawah yang digunakan adalah kerbau. Beberapa waktu kemudian, pola itu berubah. Petani dalam hal membajak sawah menggunakan traktor. Begitu juga pada saat panen tiba, sebagian petani memanfaatkan alat terbaru. Dalam istilah lain perubahan pola tradisional ke modern. 

Hamparan tanaman padi menguning | Foto Lukman Yunus

Berbicara mengenai detik-detik panen, fase ini memiliki tantangan tersendiri. Tantangan itu adalah hama padi. Hama padi yang umumnya kita kenal seperti hama putih, hama wereng, burung, tikus, dll. Nah pada saat detik-detik panen hama yang rentan menyerang tanaman padi salah satunya adalah burung. Petani di desa saya sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Berbagai upaya dilakukan seperti memasang orang-orangan sawah, memasang jaring, atau petaninya hadir langsung di sawah mengawasi hama burung.

Jika dibiarkan maka tentu saja akan menjadi sia-sia usaha petani selama ini. Baik itu tenaga maupun biaya alat pembajak sawah hingga biaya perawatan padi seperti pupuk dan pestisida (obat-obatan hama). Sehingga mau tidak mau sebagai bagian dari upaya mewujudkan orientasi hasil pertanian, hama burung harus dibasmi dengan cara apapun.

Pagi dan sore hari menjadi jadwal yang harus diisi oleh petani. Sebelum berangkat ke sawah biasanya petani di desa saya akan meminum kopi terlebih dahulu. Apa alasannya? Untuk selengkapnya bisa dibaca pada artikel berikut ini.

Filosofi Kopi bagi Petani di Desa

Pada saat tiba di sawah, akan ditemui banyak petani yang berjaga-jaga di area sawahnya masing-masing. Berjaga-jaga? Yah, berperang melawan hama burung. Hama burung yang terdapat di sawah jika diperhatikan tidak sedikit, jumlahnya sangat banyak. Selain itu burung dinilai solid dan menjunjung tinggi kebersamaan serta kekompakan. Hal itu terlihat dari pengelompokan burung yang beterbangan kesana-kemari mencari sasaran padi. Sehingga kalau sekaligus mendarat di tanaman padi yang menguning, maka akan banyak bulir padi yang jatuh maupun dimakannya. 

Maka atas kondisi itulah, petani di desa saya tidak berdiam diri. Para petani berdiri gagah di area sawahnya masing-masing untuk memastikan hama burung tidak hinggap di tanaman padinya. Pada saat burung ingin melakukan pendaratan, sontak para petani melambaikan kedua tangannya pertanda mengusir atau bertepuk tangan kuat-kuat hingga bersuara keras (nada mengusir hama burung). Begitu seterusnya hingga padi dipanen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline