Apa itu Perspektif Realisme ?
Perspektif Realisme adalah suatu pandangan yang mendeskripsikan bahwa negara adalah aktor utama satu-satunya yang memiliki kekuasaan. Perspektif ini menganggap bahwa sifat dasar negara layaknya sifat manusia yang egois atau mementingkan kepentingannya sendiri demi kepentingan nasionalnya. Namun, realisme memiliki sudut pandang lain didalamnya, diantaranya ialah neo-realisme yang hadir untuk memberi kritik dan mengisi ketidakmampuan Perspektif Realisme itu sendiri. Neo-realisme menganggap bahwa perilaku negara-negara dalam struktur internasional merupakan faktor dari anarki. Dimana perang, konflik, ataupun fenomena yang terjadi di dunia internasional bukan muncul karena dorongan dari internal negara melainkan karena tekanan struktur internasional itu sendiri.
Neo-realisme terbagi menjadi dua aliran, yaitu neo-realisme ofensif dan neo-realisme defensif. Neo-realisme ofensif menekankan pentingnya kekuasaan dalam hubungan internasional agar negara mampu memaksimalkan kekuasaan dan keamanannya dan akan menggunakan kekuatan jika diperlukan untuk mencapai tujuan. Perspektif ini percaya bahwa negara akan berusaha untuk mendominasi negara negara lain. Sedangkan Neo-realisme defensif menekankan pentingnya menjaga keseimbangan kekuasaan dalam hubungan internasional untuk mencegah suatu negara menjadi terlalu dominan, perspektif defensif percaya bahwa negara-negara pada dasarnya hanya memikirkan keamanan mereka sendiri dimana kekuasaan hanyalah alat untuk mencapai keamanan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas contoh studi kasus yang dapat dijelaskan menggunakan teori yang ada di Ilmu Hubungan Internasional yaitu neo-realisme , neo-realisme ofensif dan neo-realisme defensif.
Studi Kasus : Invasi Rusia Tehadap Crimea Pada 2014
1. Perspektif Neo-realisme menjelaskan bahwa invasi yang dilakukan Rusia pada saat itu didasari oleh struktur internasional yang anarki, dimana Rusia berupaya untuk mengambil alih Crimea atas dasar distribusi kekuasaan tidak berimbang (imbalance of power) antara koalisi barat yang terdiri oleh AS-UE-Ukraina. Atas hal itulah, Rusia mengupayakan untuk mengembalikan perimbangan kekuasaan di kawasan.
2. Neo-realisme ofensif melihat bahwa invasi tersebut merupakan ambisi Rusia untuk menjadikan dirinya negara hegemon di kawasan. Dimana perspektif ini menekankan Rusia telah menggunakan kekuatannya untuk memksimalkan kekuasaannya demi mendominasi negara lain.
3. Neo-realisme defensif memiliki pandangan berbeda mengenai kasus ini, neo-realisme defensif percaya bahwa faktor penyebab invasi ialah upaya Rusia untuk mempertahankan keamanan kawasan yang terancam oleh kebijakan Ukraina sebab cenderung pro terhadap blok barat.
Dilihat melalui tiga perspektif diatas dapat disimpulkan bahwa realisme memandang bahwa negara akan bersifat agresif dalam menghadapi ancaman yang berpontensi mempengaruhi kawasannya. Namun, dilain sisi tujuan utama negara adalah keamanan kekuasaan dan dalam menyikapinya menggunakan kekuatan (power) adalah hal yang wajar. Selain itu , Realisme menekankan bahwa struktur internasional yang anarki membuat negara selalu berada dalam situasi tidak pasti dan mudah memicu hubungan konfliktual. Dimana, dalam dunia internasional sifat dasar negara cenderung egois dan lebih mementingkan kepentingannya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H