Lihat ke Halaman Asli

Luki Antoro

Penggiat Kebudayaan

Menengok Studio Kriya Logam yang Masih Eksis di Kotagede

Diperbarui: 15 September 2020   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ketika mendengar kata Yogyakarta, tentu memang bukan asing lagi. Sebuah kata yang sudah dikenal banyak orang dengan berbagai ragam sebutan lainnya, mulai dari sering disebut sebagai kota pelajar, kota kuliner, bisa juga disebut kota budaya, hingga kota sejarah dan masih banyak sebutan lagi lainnya. Keindahan Yogyakarta memang memikat banyak orang yang berkunjung disana. 

Di daerah tersebutlah, sejak lama kian tumbuh dari peradaban ke peradaban, hingga modern saat ini. Keunikan itu salah satunya muncul melalui perkembangan sejarah yang berkembang didalamnya. Tapi sebenarnya taukah kamu? jika Yogyakarta memiliki banyak tempat  bersejarah yang mungkin banyak orang yang belum tau. 

Salah satunya adalah Kompleks Kerajaan Mataram Islam di Kotagede. Lokasinya yang terletak di jantung Yogyakarta, namun banyak wisatawan ternyata luput, tak meliriknya. Padahal daerah ini sangat menarik untuk dikunjungi. Walaupun Kotagede secara geografis letaknya dipinggiran Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, namun potensi tersembunyinya ternyata sangat banyak sekali, mulai dari kuliner hingga wisata. Dan, semua itu harganya sangat terjangkau.

Di Kotagede juga masih ditemui berbagai makanan tradisional khas jogja yang masih eksis hingga sampai saat ini, hingga masih ditemui adanya komunitas kreatif seperti kelompok musik keroncong yang setiap tahunnya menyelenggarakan event besar, maupun pekan budaya kotagede yang secara rajin mencoba menghidupkan kembali potensi budaya di desa-desa yang berada di sekitar Kotagede.

Sebenarnya nama Kotagede sendiri sudah terkenal hingga mancanegara sejak tahun 1930-an dengan sebutan 'Kota perak'. Di masa itu, kerajinan logam tak kalah pamor dari rempah-rempah di pasar Eropa. 

Jika menengok sejarah lama, kawasan kreatif kerajinan logam di Kotagede sebenarnya muncul bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, atau tepatnya pada abad ke-16. 

Pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, abdi dalem yang menangani kriya diminta untuk membuat berbagai macam perhiasan dari emas dan perak, dimana hasilnya untuk dijadikan semacam 'buah tangan' untuk para bangsawan-bangsawan yang sedang berkunjung ke Kerajaan saat itu.

Sedangkan, pada masa kolonial Belanda di tahun 1930-an, kerajinan logam utamanya perak di Kotagede mengalami kejayaan di pasar domestik hingga mancanegara, khususnya Belanda. Bahkan pemerintah kolonial Belanda pada saat itu mendirikan sebuah lembaga khusus yang menangani kerajinan logam produk Kotagede. 

Sebuah lembaga milik pemerintah kolonial Belanda di Yogyakarta yang tuganya khusus untuk melindungi, menjaga kualitas dan produksinya serta pemasaran kerajinan logam buatan pengrajin asal kotagede ke pasar Eropa.

Dalam perkembangannya konteks hari ini, kawasan kerajinan logam di Kotagede tak hanya sebagai pusat oleh-oleh semata, namun kini kawasan Kotagede kembali dilirik pemerintah menjadi salah satu objek wisata potensial yang ada di Yogyakarta, wisatawan domestik hingga mancanegara justru memilih datang langsung ke tempat produksi pembuatan kerajinan logam untuk mencari tau dan mengabadikan moment pembuatan kerajinan warisan leluhur tersebut.

Salah satunya di Nursih Basuki Art Studio, sebuah studio seni kriya logam berusia puluhan tahun yang berlokasi tenggara Kotagede. Studio seni kriya logam tersebut hingga kini masih aktif memproduksi berbagai macam kerajinan ukir logam yang terbuat dari logam jenis tembaga dan kuningan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline