Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus terampil dalam mengelola sumber daya yang ada. Dalam mengelola sumber daya, seorang pemimpin harus melihat potensi yang dimiliki sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan berpikir berbasis aset (asset-based thinking) yang merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Dengan menggunakan pendekatan berpikir berbasis aset, guru tidak akan menjadikan kelemahan sebagai masalah yang harus dicari solusinya, tetapi akan fokus pada aset yang bisa dikembangkan dan dikelola menjadi sumber daya untuk memaksimalkan potensi sekolah. Pemimpin pembelajaran yang mampu melihat kekuatan dan aset serta membangun ekosistem yang mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan murid demi terwujudnya profil pelajar Pancasila.
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) perlu digunakan. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Pendekatan berbasis aset ini juga digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) yang sudah dibahas sebelumnya, dimana paradigma IA ini percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan. Pendekatan PKBA berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas, dimana selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development, dimana sekelompok orang (dalam suatu kegiatan, organisasi, atau lingkungan) yang dimotivasi oleh peluang yang ada akan melakukan suatu usaha hanya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri (minimal pada awalnya). Seorang pemimpin akan berperan sebagai fasilitator dalam menggerakkan dan memimpin komunitasnya. Ada 7 modal utama/aset antara lain modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial. Modal politik, dan modal agama dan budaya yang perlu diperhatikan.
Implementasi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya dapat dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh implementasinya.
Di kelas, pemimpin pembelajaran dapat menjadi guru yang memfasilitasi pembelajaran tentang pengelolaan sumber daya kepada siswa. Mereka dapat menggunakan metode pembelajaran aktif, seperti diskusi kelompok, simulasi, atau proyek, untuk melibatkan siswa secara langsung dalam memahami konsep dan penerapannya dalam pengelolaan sumber daya. Pemimpin pembelajaran juga dapat mendorong kolaborasi antara siswa dalam mengelola sumber daya di dalam kelas. Misalnya, mereka dapat mengatur tugas kelompok di mana siswa perlu bekerja bersama untuk mengatur penggunaan sumber daya yang terbatas secara efektif. Pemimpin pembelajaran di kelas juga harus memperhatikan keberagaman kebutuhan siswa dan memastikan bahwa sumber daya yang ada digunakan secara inklusif dan adil untuk semua siswa.
Di sekolah, pemimpin pembelajaran dapat mengembangkan program pembelajaran yang holistik tentang pengelolaan sumber daya bagi seluruh komunitas sekolah, termasuk guru, siswa, dan staf lainnya. Mereka dapat memfasilitasi pelatihan dan workshop untuk guru dan staf sekolah tentang pengelolaan sumber daya, termasuk manajemen waktu, penggunaan anggaran, dan pengelolaan fasilitas sekolah. Pemimpin pembelajaran juga dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan sumber daya di sekolah, dengan menunjukkan praktek terbaik dalam penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Mereka dapat mendorong partisipasi aktif siswa dalam pengelolaan sumber daya di sekolah, seperti mendirikan kelompok lingkungan atau program penghematan energi yang melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tindakan nyata.
Di masyarakat, pemimpin pembelajaran dapat mengorganisir program pelatihan dan lokakarya terbuka untuk anggota masyarakat tentang pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Mereka dapat membagikan pengetahuan dan keterampilan praktis tentang penghematan energi, pengelolaan limbah, atau pengelolaan air kepada masyarakat. Pemimpin pembelajaran juga dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat, lembaga non-pemerintah, atau organisasi lingkungan untuk mempromosikan kesadaran dan tindakan terkait pengelolaan sumber daya. Mereka dapat menginisiasi kampanye informasi, proyek komunitas, atau kegiatan kesadaran lingkungan yang melibatkan masyarakat secara luas. Mereka dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi masyarakat dalam mengadopsi praktik pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab.
Pengelolaan sumber daya yang tepat memiliki hubungan yang erat dengan proses pembelajaran yang berkualitas bagi murid. Beberapa penjelasan dan contohnya adalah sebagai berikut. Pengelolaan sumber daya yang tepat memastikan bahwa murid memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya yang mendukung pembelajaran mereka. Misalnya, akses ke buku teks, perpustakaan yang lengkap, fasilitas laboratorium, teknologi informasi, atau bahan pembelajaran digital. Dengan tersedianya sumber daya ini, murid dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang topik yang dipelajari dan meningkatkan kualitas pembelajaran mereka. Yang kedua pengelolaan sumber daya melibatkan organisasi yang baik dalam ruang pembelajaran. Ruang kelas yang bersih, teratur, dan memadai dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran yang berkualitas. Selain itu, pengaturan fisik yang baik, seperti tata letak yang efisien, pencahayaan yang memadai, dan pengaturan tempat duduk yang sesuai, dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan fokus murid dalam proses belajar. Yang ketiga, pengelolaan sumber daya yang tepat melibatkan penggunaan sumber daya dengan efektif dan efisien. Misalnya, penggunaan waktu yang baik dalam pembelajaran, alokasi dana yang tepat untuk kebutuhan pembelajaran, atau penggunaan teknologi yang relevan. Dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya ini, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga murid dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan yang lebih baik. Yang keempat, pengelolaan sumber daya yang tepat juga mencakup keberlanjutan pembelajaran. Ini melibatkan upaya untuk menjaga dan memperbarui sumber daya secara berkala agar tetap relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya, pembaruan buku teks, pemeliharaan peralatan dan fasilitas, atau pengembangan kurikulum yang terus-menerus. Dengan menjaga keberlanjutan pembelajaran, murid dapat terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka secara berkelanjutan. Contoh konkret dapat bisa dilakukan dengan cara memastikan setiap murid memiliki akses ke buku teks dan materi pembelajaran yang diperlukan, membuat lingkungan kelas yang tertata dan terorganisir agar murid dapat fokus pada pembelajaran, menggunakan teknologi dalam pembelajaran, seperti komputer atau perangkat tablet, untuk mengakses sumber daya digital yang relevan, mengalokasikan waktu pembelajaran dengan bijaksana dan memastikan penggunaan waktu secara efektif dalam kegiatan pembelajaran yang berarti, mengembangkan dan memperbarui kurikulum secara berkala bersama dengan komunitas sekolah.
Jadi peran pemimpin pembelajaran adalah sebagai fasilitator untuk menggerakkan komunitas sekolah agar bersama -- sama mengelola aset yang ada dengan pendekatan kekuatan agar mampu memaksimalkan potensi yang ada di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H