Setiap pagi ada gadis kecil jalan cepat -cepat dengan kepala menunduk lewat depan rumah di pinggiran kota Denpasar Bali, usianya sekitar 7 tahun badanya kurus, putih, rambutnya lurus sebahu jarang disisir, pakaian seragam nya lusuh kelihatan jarang diseterika dan tas sekolahnya diselempangkan ukurannya agak kebesaran dibandingkan tubuhnya yang mungil. Bila berpapasan dengan ibu-ibu tetangganya selalu menegur dengan hormat “selamat pagi bu” cerita tetangga- tetanga disini , ibu -ibu sering memanggilnya “Shelly - Shelly berhenti sebentar” karena ibanya para ibu tetangga, Shelly berhenti dengan tangannya yang putih kecil menerima sepotong roti yang dibungkus plastik dari ibu- ibu, kemudian dimasukkan ke kantong rok birunya sambil tersenyum dan tidak pernah lupa mengucapkan terimakasih dengan senyum kecilnya.
Para tetangga- tetangga disini mengenal anak yang wajahnya terlihat semburat menderita ini Bernama Shelly, tinggal di ujung jalan yang rumahnya dikelilingi sawah, rumah memanjang dengan pagar tinggi dari besi selalu tertutup rapat. Letak rumah Shelly di jalan yang tidak terlalu lebar tetapi jalannya halus khas jalan jalan di Bali, dipinggirran Kota Denpasar.
Udara Pagi terasa dingin, jalan aspal dipinggiran kota Denpasar masih kelihatan basah karena hujan semalam,tetapi suasana masih sepi, belum ada lalu Lalang orang maupun kendaraan, beberapa ibu ibu mulai menyapu halaman rumahnya, biasanya jam -jam seperti ini Shelly lewat. Tapi ditunggu- tunggu Shelly belum lewat , “Shelly kok belum lewat ya”, tanya ibuk yang rumahnya dekat rumah Shelly kepada ibu lainnya. Hari berikutnya ibu- ibu yang tinggal disekitar rumah Shelly mulai bertanya tanya satu dengan yang lainnya “ada apa gerangan dengan Shelly, apa sakit?”
Mereka bersama -sama sepakat untuk mendatangi rumah Shelly ingin mencari tahu keadaan Shelly dan sesampainya didepan rumah Shelly , pintu pagar dari besi yang relatif tinggi itu terkunci rapat. Saat berdiri didepan pagar rumah Shelly tercium bau yang tidak sedap karena dihalaman rumahnya terdapat kandang ayam. Disebelahnya terdapat beberapa kamar kamar sedang paling belakang terlihat ruang terbuka ditanami pohon pisang.Karena ditunggu beberapa saat pintu pagar tidak dubuka dan tidak ada orang yang keluar, para ibu -ibu sepakat besok akan mendatangi sekolahan Shelly.
Pagi benar ibu- ibu berangkat bersama -sama ke sekolah Shelly, setibanya di sekolah dasar yang tidak jauh dari lokasi rumah Shelly, ibu-ibu langsung menemui Kepala sekolahnya, kepala sekolahny sedikit kaget mengapa banyak ibu-ibu datang, setelah menanyakan maksud dan tujuannya salah satu yang datang menanyakan tentang Shelly. Oleh kepala sekolah dipanggilkan walikelasnya Shelly , disitulah ibu-ibu mengetahui keadaan Shelly, ternyata sangat memprihatinkan,cerita wali kelasnya, Shelly sering tertidur di kelas ,” kenapa tertidur Shelly? Capek bu ,ngantar pesanan telur dan setelahnya memberi makan ayam”, sering berangkat sekolah tidak sarapan sehingga pada waktu siang kelaparan , guru-guru membelikan makan dan yang paling memprihatinkan lengannya sering terlihat lebam biru-biru setelah didesak baru mengaku katanya dipukuli ibunya.
Ibu-ibu pulang dari sekolahan Shelly terdiam terlarut dengan pikirannya sendiri, mendengar cerita yang memilukan dan mengusik hati nurani para ibu -ibu, Shelly yang seharusnya hari- hari penuh keceriaan, dengan dunia bermainnya tetapi keadaan sangat berbeda penderitaan yang dirasakannya, mungkin Shelly sendiri tidak tahu kenapa diperlakukan ibu tirinya seperti ini, yang selama ini bersikap baik saat Bapak angkatnya masih ada tetapi setelah bapaknya meninggal, ibu tirinya berubah sikap sangat tidak manusiawi.
Kenangan tentang Shelly bagi ibu- ibu setelah mendengar cerita wali klasnya membuat rasa pilu dan timbul rasa empati yang mendalam, kemudian mereka sepakat untuk mendatangi pak RT dilingkungan mereka untuk melaporkan informasi tentang Shelly dan ingin mengetahui bagaimana keadaan Shelly sekarang. Ibu- ibu dengan tidak menghiraukan rasa Lelah dan dorongan belas kasihan terhadap nasib Shelly , langsung menuju rumah pak RT dan menceritakan berita- berita yang diperolehnya dari penjelasan dari sekolah Shelly serta beberapa hari tidak melihat Shelly lewat di depan rumah mereka. Pak RT merespon dengan cepat laporan warganya .
Pak RT dan ibu-ibu rame -rame mendatangi rumah Shelly yang jaraknya tidak terlalu jauh, sesampai dirumah Shelly , seperti biasa pintu gerbang besi rumah tertutup rapat, Pak RT mengucapkan salam “permisi.. permisi.. dengan suara agak keras memanggil nama Shelly .. Shelly Shelly “ tetapi tidak ada yang keluar pak RT sedikit tidak sabaran mulai memukul- mukul pintu gerbang besi dengan batu, pintu rumah dibuka sebentar, Nampak seorang ibu setengah baya dengan wajah kurang senang berteriak “ada apa, ibu ibu menjawab, Shelly dimana bu?ngak ada “ jawaban dari dalam pagar sambil masuk Kembali dan menutup pintu.
Peristiwa ini membuat timbul keresahan dan kemarahan dari penduduk dilingkungan rumah Shelly, malah ada yang mengusulkan untuk mendobrak pagar rumah Shelly, keresahan warga ini akhirnya dilaporkan oleh pak RT kepada Polsek setempat. Mendapat laporan dari pak RT, Polsek bergerak cepat mengirim beberapa Anggota Polsek mendatangi rumah Shelly guna mendapatkan fakta dilapangan. Info yang didapat dari ibu angkat Shelly bahwa Shelly lari dari rumah. Informasi ini membuat masyarakat dilingkungan makin tidak puas dan bergejolak, hingga akhirnya permasalahan di ambil tingkat Polres.
Tim reserse polres turun kelapangan dan langsung melakukan pencarian di rumah Shelly dan menanyakan kronologis Shelly menghilang kepada seluruh penghuni dirumah tersebut. Informasi yang didapat simpang siur dan makin tidak jelas , hal ini makin membuat apparat kepolian curiga sehingga di lakukan pengledahan rumah secara keseluruhan, sesuatu yag mencurigakan bagi tim reserse, di sudut belakang rumah terlihat tanaman pohon pisang yang kelihatan baru ditanam, ternyata pohon pisangnya hanya ditancapkan saja, membuat makin curiga, kemudian digali lagi agak dalam ditemukan mayat anak kecil yang sudah mulai bau busuk , dan ternyata itu mayat Shelly.