Seorang PNS,Pegawai Negeri Sipil, Iwan Budi Paulus, Bapenda di semarang yang berani menyuarakan kebenaran akan dimintai keterangan Ditreskrim Polda jateng, PNS ini rencananya akan diklarifikasi keterangannya atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang, tetapi belum sempat memberikan klarifikasi di Ditserse Polda Jateng, tubuhnya ditemukan mati terpotong- potong dan hangus dibakar (SuaraJawaTengah.Id 6/9/22).
Kejadian pembunuhan ini dapat menimbulkan persepsi terror dimasyarakat berupa pesan kepada orang yang ingin berkata jujur terhadap kejahatan korupsi(tersangka belum ditemukan), " jangan coba coba berani seperti dia ya, atau mau tubuhmu terpotong- potong dan dibakar" , hal ini akan menimbulkan terror & ketakutan di masyarakat untuk berkata benar dan jujur.
Ketakutan ini dapat menyebar dengan cepat ke masyarakat, akibat dari ketakutan ini orang menjadi apatis, menjadi kurang peka terhadap penyimpangan penyimpangan yang terjadi di sekelilingnya. Kekerasan ini kalau dilakukan terus menerus menjadikan masyarakat takut berkata jujur, press juga takut untuk menjadi media kontrol, jangan menjadikan Indonesia Kembali ke sejarah puluhan tahun silam Kembali lagi. .
Indonesia yang saat ini sedang dengan susah payah ingin mereformasi kultural, salah satunya pemberantasan korupsi dan sejenisnya, dengan adanya peristiwa pembunuhan terhadap seorang PNS yang berkeinginan berkata jujur , memperjuangkan integritasnya dapat menjadi suatu hambatan.
PNS yang jujur adalah asset bangsa yang menjadi salah satu penopang terbentuknya pemerintah yang bersih,menurut Transperancy International bahwa kunci sukses pemerintahan yang bersih selain peradilan yang independent yaitu pegawai negri (PNS) yang mempunyai standart integritas yang tinggi (kompasiana,politik,"lawan koruptor kalau indonesia merdeka dari korupsi" 8/8/22)
Tersentak pikiran ini teringat kembali kisah- kisah masa lalu. Alkisah Puluhan tahun yang lalu, masyarakat cenderung ketakutan dan apatis, Press kurang berfungsi sebagai kontrol sosial oleh karena ketakutan , berpikir yang penting selamat.
Keadaan dan kondisi seperti ini menguntungkan oknum oknum dilingkar penguasa, mengakibatkan penyimpanagan dan ketidak adalian merajalela, masarakat diam dan press juga diam . Secara sistemik Terjadi terus menerus dan Pada saat kondidi Ekonomi global guncang ikut goncanglah pemerintahan Indonesia.
Kalimantan, Sumatra dan pulau pulau lainnya yang dulu mempunyai hutan tropis yang kaya akan berbagai jenis flora dan fauna serta kandungan mineral dan tambang di eksploitasi dengan semena mena oleh oknum oknum yang dekat dengan kekuasaan, melihat dan mengetahui peristiwa ini masyarakat dan press diam, apatis tidak berani berkomentar.
Kondisi alam yang dieksploitasi terus menerus tergerus hampir habis, reboisasi yang tidak jalan,alam mengalami kerusakan, BUMN defisit terus ,entah kemana keuntungannya, hanya Sebagian kecil hasil dari proses produksi ini yang masuk ke kas Negara, Padahal semua itu milik dan hak pemerintah untuk kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Malah Uang hasil produksi itu masuk keoknum oknum atau kelompok tertentu.
Lebih menyedihkan, kemudian uang hasil eksploitasi ini disimpan dan ditanam diluar negeri, bukan untuk kesejahteraan ekonomi bangsa Indonesia, keadaan inilah dapat digambarkan .Indonesia seperti sapi perahan.