Pada koran Kompas 3 Agustus 2022 , kolom pemberantasan korupsi ditulis "Pendekatan Pencegahan Belum Efektif Tangkal Korupsi", kesimpulan ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Indeks Persepsi Antikorupsi(IPAK), Indeks Indonesia naik dari 3,88 pada 2021 menjadi 3,93 Tahun2022. Tetapi menurut peneliti Transperancy International Indonesia, banyak indikator IPAK yang justru menurun.
Menurut Transperancy International pada Desember 2021, score persepsi pemberantasan Korupsi Indonesia 38, naik satu point dari tahun sebelumnya,kalau dibandingkan Vietnam score 39 naik 3 poin dari tahun sebelumnya (nilai 0 sangat korup dan 100 sangat bersih), terlihat score persepsi korupsi Indonesia menurut Tranperancy International juga belum bergerak secara signifikan.
Oleh karena itu dikatakan pemberantasan Korupsi dengan pendekatan pencegahan belum efektif. Apakah memang demikian belum efektif? Tetapi justru yang perlu dicari permasalahannya kenapa pendekatan pencegahan belum efektif? Di kolom Kompas ini ditulis pendapat Alvin Nicola bahwa IPAK terbatas memotret korupsi kecil, Padahal pemerintah perlu fokus memberantas korupsi besar.
Mungkin perlu diketahui kejadian korupsi besar terkini yang menyakiti hati Nurani bangsa Indonesia yaitu korupsi yang dilakukan oleh Surya Darmadi dan merugikan negara Indonesia 78 Triliun, CNN Indonesia,3 Agustus 2022, korupsi ini dilakukan berkolusi dengan bupati Indera Giri Hulu (1999- 2008) dan Surya Darmadi ini diperkirakan sudah lari ke Singapura, (moga moga Sigapura menepati perjanjian extradisi dengan Indonesia). Kenapa terjadi berulang ulang dan tidak dapat dicegah dan terdeteksi lebih awal oleh pengawas internal atau eksternal?
Indonesia mempunyai pengawas eksternal terhadap Lembaga pemerintah , BUMN , pemerintah pusat dan daerah dan pengawas internal Inspektorat yang berfungsi melakukan pengawasan dan mencegah , mendeteksi manajemen dan keuangan negara.
Padahal strategi untuk pencegahan ,deteksi korupsi dan fraud ini sudah dipunyai oleh pengawas eksternal dan pengawas internal Lembaga ,organisasi pemerintah. Tetapi mengapa strategi pencegahan dan deteksi melawan korupsi ini belum efektif ?
Korupsi di Indonesia sudah sangat akut dan membahayakan keuangan negara, Ciri -ciri korupsi yang terjadi di Indonesia yaitu berkolusi dengan internal para manajer atau top manajer birokrasi/organisasi , kerugian negara sangat besar, lama terungkap.
Kembali ke pendekatan pencegahan dan deteksi korupsi dan Fraud , Apakah pengawas eksternal serta pengawas internal tidak dapat mencegah dan mengidentifikasi korupsi lebih awal ? sehingga kerugian negara dapat diminimalisir atau zero corruption. sejak Indonesia berdiri berapa rupiah pengawas ekternal dan internal dapat menyelamatkan uang negara dengan strategi pencegahan dan deteksinya?
Ada suatu teori umum (common sense), "kalau ingin berperang , ketahuilah kekuatan dan kelemahan musuhmu, jangan sampai berperang tidak tahu lawannya, sehingga kalah dan dipermalukan". Begitu juga Korupsi yang berkembang di Indonesia, kita anggap sebagai lawan,kita kenali dulu ini jenis korupsi apa? Bagaimana strategi melakukan korupsi?Sehingga dengan mengenali karakteristik korupsinya , yang berwenang dapat mengantisipasinya.
Korupsi dapat di kelompokkan sebagai Fraud, secara definisi ada yang membedakan , tetapi unsur Fraud dan korupsi sama yaitu Accidental Fraud dan Predator Fraud. Menurut Donald Cressy yang mengembangkan model Accidental Fraud, mempunyai premis bahwa Fraud atau korupsi dapat terjadi kalau terdapat tiga komponen yang exist yaitu pelaku merasakan tekanan/pressure, tekanan ini cenderung bersifat pribadi sulit untuk dapat dibagikan kepihak lain dan tekanan umumnya masalah keuangan atau yang dapat dikonversi dengan uang, kedua peluang /Opportunity yang didapat, bahwa sebelum melakukan fraud, pelaku baranggapan ada suatu kesempatan yang dapat diambil keuntungan dari system yang tidak mungkin tertangkap, biasanya organisasi internal control longgar. Ketiga adalah rasionalisasi, pada dasarnya orang baik dan tidak mau di persepsikan sebagai Kriminal maka untuk menghilangkan persepsi terhadap dirinya sendiri muncullah rasionalisasi. Ini yang dikenal dengan segitiga Fraud.