Berita tentang kelangkaan minyak goreng sudah terdengar sekitar beberapa bulan yang lalu , berita ini beredar di media koran maupun televisi, pada saat mendengar dan membaca berita kelangkaan ini saya berpikir bahwa kejadian ini bersifat temporer, segera berlalu seperti tahun- tahun sebelumnya.
Pagi ini isteri kehabisan minyak goreng dan berusaha membeli di mini market di sekitar rumah namun ternyata kosong, pindah ke mini market di dekatnya juga sama habis persediaannya, akhirnya mencoba mencari di minimarket yang agak jauh dari rumah, itupun tinggal lima kemasan dan harga minyak goreng yang ekonomis sudah tidak ada alias habis,yang tersedia tinggal yang harga relatif mahal karena harganya sudah dinaikkan.
Pada saat itu isteri bertanya ke pelayannya mengapa habis? Kata pelayan mini market tersebut, setiap datang langsung ada yang beli banyak sehingga cepat habis, tidak seperti biasanya.
Mengapa kelangkaan minyak goreng ini terjadi? Apakah suplai dari produsen berkurang?apakah masyarakat panik sehingga membeli lebih banyak dari biasanya?apakah ada yang menimbun dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan dijual pada saat hari besar? Dapat juga motif sakit hati berhubungan dengan kebijakan pemerintah yang merugikan sekelompok orang?.
Menurut Merdeka.com 3,Maret 2022 kelangkaan ini dapat disebabkan panic Buying , artinya konsumen panik karena ketakutan dari berita berita yang mempengaruhi konsumen, naiknya harga crude palm oil(CPO),pemerintah mencanangkan program B 30 artinya akan diproduksi biodiesel dengan campuran minyak sawit 30% dan minyak solar 70%, proses distribusi dan logistik dengan naiknya harga container.
Program B30 dimulai tahun 2020 sehingga sudah cukup lama seharusnya tidak terlalu signifikan pengaruhnya terhadap kelangkaan sekarang ini, Produksi minyak sawit dari beberapa produsen menurun , ini dapat di chek dengan mudah dan kemungkinannya kecil untuk mengurangi produksinya.
Pengurangan produksi ini dapat terjadi karena kesulitan raw material untuk produksi minyak sawit atau memang kalau betul betul kesulitan raw material berakibat biaya produksi meningkat, harga menjadi mahal akibatnya daya beli masyarakat mengalami kesulitan bukan kelangkaan minyak . Jalur Distribusi kemungkinan juga kecil untuk melakukan penimbunan selain mereka terdaftar secara resmi sehingga resikonya terlalu besar kecuali nekat.
Kemungkinan yag paling mungkin atau Most probability approach adalah panic buying, panic buying dapat terjadi secara alami tetapi dapat juga terjadi social engineering / deliberately. Social engineering ini dilakukan oleh oknum oknum tertentu secara sengaja dapat karena motif uang, Ego pribadi (tidak puas , sakit hati dll), politis. Panic buying biasanya akan muncul diarea tertentu yang persediaan minyak habis dan berita ini disebar luaskan, sifatnya seperti bola salju yang makin lama makin membesar.
Yang jadi pertanyaan kenapa minyak sawit yang langka? Padahal produksi CPO Indonesia melimpah,sampai sampai dikonversikan untuk biodiesel atau ada yang tidak puas dengan giat-giatnya pemerintah menertibkan lahan sawit illegal yang merajalela? Semoga kelangkaan minyak cepat berlalu dan tidak muncul kelangkaan-kelangkaan yang lainnya , mari kita cintai Indonesia.