Lihat ke Halaman Asli

luis andrew abraham

“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” – Nelson Mandela.

Kolb's Experiential Theory

Diperbarui: 8 Desember 2021   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

David Allen Kolb seorang ahli teori pendidikan berkebangsaan Amerika. Kolb lahir pada 12 Desember 1939 di Illinois, Amerika Serikat. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Kolb ada pada pembelajaran pengalaman (experiential learning), perubahan individu dan sosial, pendidikan eksekutif dan professional, serta pengembangan karir. Kolb menjadi pendiri dari Experience Based Learning Systems (EBLS) dan merupakan professor di beberapa universitas. Kolb menyelesaikan pendidikan tingginya di Harvard University. Kolb sendiri merupakan seorang filosof beraliran humanistik yang banyak meneliti perkembangan manusia.

Pada tahun 1970 Kolb mengembangkan penelitian tentang Experiential Learning Model. Model pembelajaran ini merupakan model yang holistic dalam proses belajar.  Experiental Learning Theory mendefinisikan pembelajaran sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui sebuah transformasi pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil dari kombinasi menangkapn dan mentransformasi pengalaman. Melalui Experiental Learning, anak di ajak untuk berpikir kritis terhadap berbagai pengalaman yang dihadapi sehari-hari serta meneliti dengan sederhana apa yang sesungguhnya terjadi lalu menarik kesimpulan pada akhirnya. Model ini memberikan pengaruh terhadap murid melalui tig acara, yaitu mengubah struktur kognitif murid, mengubah sikap murid, memperluas keterampilan yang dimiliki murid. Model experiential learning memberikan kesempatan kepada murid dalam memilih pengalaman yang menjadi fokus mereka, mengembangkan keterampilan yang diingini, serta membuat konsep berdasarkan pengalaman yang dialami.

Dalam Teorinya, Klob menggambarkan sebuah siklus yang di dalamnya terdapat 4 elemen, yaitu Concrete Experience (emotions), Reflective Observation (watching), Abstract Conceptualization (thinking), Active Experimentation (doing). Elemen Concrete Experience banyak menekankan segi pengalaman konkrit siswa, mementingkan relasi sesame dan kepekaan terhadap perasaan orang lain. Elemen Reflective Observation menekankan pada mengamati serta memikirkan pengalaman yang didapat dari berbagai sudut pandang serta menemukan makna di dalamnya. Elemen Abstract Conceptualization menekankan pada pemikiran dan analisis logis dari berbagai ide, perencanaan sistematis, serta pemahaman intelektual dari situasi atau pengalaman yang dihadapi. Elemen Active Experimentation menekankan pada tindakan yang diambil dalam melaksanakan tugas, mengambil resiko, serta memberikan pengaruh melalui perbuatan.

Kolb dalam teorinya juga mengenalkan empat gaya belajar yang sesuai dengan siklus belajar. Yang pertama adalah Assimilator, merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati. Pada gaya belajar ini anak cenderung memiliki kekuatan dalam memahami berbagai informasi serta merangkumnya ke dalam suatu format yang logis, singkat dan jelas. Anak dengan gaya belajar ini cenderung menyukai ide serta konsep yang abstrak namun kurang memiliki perhatian kepada orang lain. Gaya belajar yang kedua adalah Converger, merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat. Anak dengan gaya belajar ini cenderung mampu membuat bentuk praktis dari berbagai ide dan teori. Anak mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Anak lebih menyukai hal-hal yang aplikatif namun kurang dalam hubungan antar pribadi atau sosial. Gaya belajar yang ketiga adalah Accomodator, merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan. Anak cenderung memiliki kemampuan belajar baik apabila mendapatkan pengalaman nyata secara mandiri. Anak mampu membuat rencana serta menyukai suatu tantangan dan pengalaman baru. Tindakan dari anak dengan gaya belajar ini berdasarkan sesuatu yang logis. Gaya belajar berikutnya adalah Diverger, merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Anak dengan gaya ini memiliki kekuatan dalam melihat situasi konkret dari berbagai perspektif yang berbeda. Anak akan cenderung mengamati daripada bertindak. Anak mampu menghasilkan ide-ide, mengumpulkan berbagai informasi serta menyukai hal-hal tentang budaya.

Pada penerapannya beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai seorang pendidik adalah harus merumuskan dengan seksama pengalaman belajar yang terbuka dengan hasil tertentu, pendidik perlu memberikan rangsangan serta motivasi, siswa diberikan kesempatan belajar secara individu ataupun kelompok dalam pembelajaran berdasarkan pengalaman, siswa diberikan suatu kondisi nyata agar dapat belajar memecahkan masalah, siswa didorong aktif berpartisipasi di setiap pengalaman yang ada (mengambil keputusan dan konsekuensi), serta pada akhirnya setiap siswa mampu merefleksikan dari pengalaman yang dialami untuk memperluas pengalaman dan pemahaman dalam pembelajaran. Di sisi lain model pembelajaran ini masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya cakupan yang terlalu luas, adanya rasa malu dan tidak percaya diri dalam membagikan pengalaman pribadi, memerlukan persiapan dan fasilitas pendukung yang matang dan memadai, serta membutuhkan durasi waktu yang cukup panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline