Lihat ke Halaman Asli

LPI adalah Inspirasi?

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ketika PSSI tempo hari masih berada di bawah kekuasaan Nurdin Halid, LPI (Liga Primer Indonesia) dihadirkan oleh Arifin Panigoro dkk sebagai inspirasi perubahan dan simbol perlawanan terhadap rezim Nurdin Halid. Mereka sebenarnya berharap klub anggota PSSI yang sebelumnya telah berlaga dalam ISL (Indonesia Super League) bersedia bergabung. Namun faktanya hanya tiga tim ISL yang mau membelot ke LPI, yaitu PSM, Persema, dan Persibo. Biarpun dikatakan sebagai liga ilegal, tidak diakui eksistensinya oleh PSSI, AFC, dan FIFA, tapi LPI maju terus dengan 19 tim yang mayoritas pesertanya adalah klub anyar bentukan Konsorsium LPI.

Situasi berubah drastis ketika tokoh-tokoh LPI justru menjadi penguasa PSSI di bawah pimpinan Profesor Djohar Arifin Husin. Liga Indonesia level teratas ditetapkan terdiri dari 24 tim dan diberi nama IPL (Indonesian Premier League) atau jika diterjemahkan menjadi LPI (Liga Primer Indonesia), dengan badan pengelolanya bernama PT Liga Prima Indonesia Sportindo atau LPIS sebagai pengganti PT Liga Indonesia yang konon sudah dibubarkan. Ternyata sebagian besar peserta LPI versi baru yang merupakan bekas anggota ISL tidak berkenan dengan kinerja PT LPIS. Membengkaknya jumlah peserta otomatis membuat jumlah pertandingan meningkat, biaya mengarungi kompetisi bertambah mahal, para pemain akan sangat kelelahan, dan jadwal kompetisi menjadi panjang sekali. Semua hal tersebut jelas memberatkan peserta liga. Konyolnya, PT LPIS sendiri tidak becus mengatur jadwal, belum memiliki manual liga, dan bisa jadi itulah yang menjadi puncak kekecewaan klub-klub mantan anggota ISL, setelah berbagai keputusan PSSI selama ini tak kunjung menggembirakan mereka. Ada pihak-pihak tertentu yang tampaknya lebih diprioritaskan oleh PSSI untuk disenangkan hatinya dan klub anggota PSSI -sebagai para pemilik hak suara yang sah- ternyata tidak menjadi salah satunya.

Belasan klub ISL telah menyatakan tidak bersedia mengikuti LPI versi baru. Mereka bahkan mengajak PT LI untuk kembali mengurus kompetisi Liga Indonesia karena sesuai dengan Statuta PSSI dan hasil Kongres PSSI di Bali. PT LI sendiri siap mengadakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) yang akan diikuti oleh 18 klub pemilik saham dan PSSI.

Maka ketika PSSI hari ini berada di bawah kekuasaan Djohar Arifin, LPI seolah-olah kembali menjadi inspirasi, tapi justru untuk dilawan oleh para pihak yang merasa diperlakukan tidak adil oleh PSSI. LPI memang luar biasa, tak hanya sekali mampu menjadi sesuatu yang inspiratif. Entah bagaimana suasana hati Arifin Panigoro sebagai pelopor LPI. Apakah kemelut yang terus berlanjut di tubuh PSSI memang menjadi rencananya pula atau sudah diantisipasi sejak jauh hari? Namun bagaimanapun tampaknya ada kepanjangan yang lebih tepat untuk LPI saat ini, yaitu Liga Porak poranda Indonesia. Ada yang tidak setuju?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline