Lihat ke Halaman Asli

Luhur Prihatin

Pembelajar yang siap berproses dan berprogress

Fix... Ibuku Penyihir

Diperbarui: 11 Januari 2021   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kayyis adalah anak keempatku yang menemani hari-hariku di rumah. Saat pandemik seperti ini adalah saat dimana kita lebih banyak beraktifitas di rumah dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Celotehnya memang kadang mengalir begitu saja, tetapi sarat makna, setidaknya begitulah menurutku. Dan celotehannya itu sering mengalihkan sudut pandangku akan banyak hal.

Suatu ketika dia pernah bertanya dengan gaya bicaranya, yang entah saat itu dia umur berapa, seingatku dia masih usia kelas 1 sekolah dasar. Katanya, Umi... kalau hari kiamat dan semua orang dimatikan oleh Allah, orang terakhir yang meninggal nanti siapakah yang menguburkannya ? Di hari lain dia menjawav pertanyaanku dengan kepolosannya. Dek, menurutmu, Umi umroh dulu atau beli mobil dulu ? Awalnya aku mengira dia akan menyarankan untuk membeli mobil, tetapi ternyata dia mengatakan bahwa Umi harus umroh dulu dan saat umroh nanti umi boleh meminta dan berdoa kepada Allah untuk dimudahkan punya atau beli mobil. Subhanallah ... cara dia menjelaskan tentang saran dia itu sudah membuatku melongo karena sudut pandangnya yang bagiku menggelitik di usianya yang masih anak-anak.

Nah... tentang kalimatnya tadi, fix ibuku adalah penyihir... itu juga membuatku terhenyak. Kaget dengan ide kalimatnya. Padahal peristiwa yang mengilhami dia untuk mengatakan itu merupakan peristiwa yang sederhana. Saat itu dia menemukanku mudah untuk membuka tali sarung guling yang tadinya menurutnya sulit dan tidak tahu harus bagaimana membukanya. Tapi dengan sedikit sentuhanku dia meliat tali sarung guling itu bisa terbuka lebar dan dia bisa merapikannya. 

Dia mengira yang aku lakukan adalah sebuah magis sehingga dia langsung berkata ... fix ibuku adalah penyihir. Di usianya saat ini yang sedang duduk di bangku kelas 6 SD hal-hal yang demikian mungkin masih menjadi perhatiannya. Tetapi sebenarnya itu juga bukan kata-kata yang begitu saja mengalir dari ocehannya. Kedekatan kami membawanya pada sebuah rasa percaya bahwa seorang ibu mampu melakukan banyak hal di luar yang dia perkirakan. Begitu aku mencoba menyelami pemikirannya. 

Wahai para ibu... anak laki-lakimu begitu jatuh hati kepadamu setiap harinya, sehingga kasih sayang dan cintamu adalah nyawa dan semangat hidupnya. Hal-hal yang menyenangkan yang kau rajut bersama anak-anakmu diantara kesibukan-kesibukanmu dan kelelahanmu menumbuhkan percaya dirinya bahwa seorang ibu harus bahagia. Anakmu telah belajar tentang caranya bahagia dan membahagiakan. 

Menjadi seorang penyihir yang terus akan menghadirkan keajaiban-keajaiban dalam hidup anak-anak kita adalah energi hidup yang akan menghidupkan kepercayaan anak-anak kita bahwa kita bisa meraih sesuatu jika kita percaya dan tulus memberikan cinta.

Sepenggal catatanku bersamanya... cinta yang menghidupkan, energi hidup yang sebenarnya merupakan ilham dari Sang Maha Hidup.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline