Lihat ke Halaman Asli

LUH MUNI WIRASWARI

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Keberlanjutan Macet di Bali

Diperbarui: 12 Juli 2024   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemacetan adalah masalah yang sangat dekat dengan masyarakat dalam kesehariannya. Terutama di kota-kota besar yang padat penduduk, entah karena faktor fertilitas yang tinggi maupun tingginya migrasi. Ketika berangkat kerja, sekolah, atau aktivitas lainnya, macet membuat pergerakan jadi terhambat.

Di Bali, macet memang sudah jadi makanan sehari-hari. Aktivitas masyarakat dan pariwisata yang tinggi menjadi alasan dari permasalahan yang tak kunjung usai ini. Bahkan, jumlah kendaraan aktif lebih banyak dari jumlah penduduknya, didominasi oleh komoditas motor sebanyak 2.568.322 buah. Kecelakaan pun tak dapat dihindari dari banyaknya titik kemacetan ini.

Pemerintah pusat telah menyediakan Bus Trans Metro Dewata sebagai solusi atas rumitnya lalu lintas di Balai. Bus ini menyediakan layanan di seputar daerah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan). Namun, bus ini masih terlihat sepi peminat. Biasanya hanya dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah tertentu, terutama di daerah yang padat aktivitas pariwisata. Di samping itu, ada juga Bus Sarbagita yang kini hanya beroperasi di daerah Denpasar dan Badung (Jimbaran dan Nusa Dua).

Meski sepi peminat, tetapi kedua transportasi umum ini bermanfaat bagi khalayak ramai. Biasanya, pelajar dan tenaga didik memilih untuk naik bus demi menghemat tenaga dan uang. Beberapa pedagang yang menuju pasar, turis asing dan domestik, serta masyarakat disabilitas (terutama tuna netra) menggunakan bus ini untuk bepergian. Namun, masih saja macet.

Sebenarnya, pola pikir masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas umum demi kebaikan bersama sudah mulai terbentuk. Fasilitas yang disediakan juga sangat membantu. Namun, untuk menyeragamkan dan menyadarkan orang-orang yang belum peka akan masalah ini, perlu bantuan pemerintah untuk menyediakan regulasi.

Sebagian masyarakat masih berpikir bahwa naik bus pun sama saja seperti kendaraan pribadi. Tak hemat waktu, tetap saja kena macet. Kalau begini, masyarakat sering kali mengira bahwa bus juga adalah sumber macet, sebab bus adalah kendaraan besar yang memerlukan banyak ruang.

Berdasarkan manajemen lalu lintas, seharusnya bus sebagai transportasi umum yang membantu mobilitas masyarakat banyak, diberikan jalur khusus agar tak terkena kemacetan. Sementara itu, di Bali belum disediakan jalur khusus bus.

Peran pemerintah untuk menyediakan fasilitas dan akses yang baik untuk transportasi umum sangat diperlukan. Perlu dibangun jalur khusus bus untuk menambah peminat bus, sekaligus meminimalisir kemacetan di jalan. Selain jalur khusus, fasilitas seperti halte pun semestinya diperbaiki menjadi tempat yang lebih aman untuk menunggu bus. Jangan lupa dengan kebutuhan masyarakat disabilitas, biasanya terdiri dari akses masuk kursi roda, tempat kursi roda, dan sebagainya yang dapat dilakukan melalui asesmen kebutuhan.

Selain menyediakan, pemerintah perlu menegakkan regulasi agar masyarakat tak lagi dengan mudahnya membeli dan mengendarai motor. Dengan begini, push and pull dalam kebijakan transportasi dapat terlaksana dengan baik. 

Perlahan, kebiasaan masyarakat pun akan terbentuk untuk menggunakan transportasi umum yang lebih aman dan nyaman. Kadang kali, pembentukan pola pikir harus dibarengi dengan tekanan regulasi agar masalah dapat terselesaikan dengan segera.

Rujukan: https://balebengong.id/karut-marut-di-jalan-terus-berlanjut/ 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline