Sebagai remaja perempuan yang sering menonton film romcom dan membaca fanfiction minimal sebulan enam kali, saya tentu suka meromantisasi segala hal. Terutama ketika sedang menikmati waktu sendiri di tengah keramaian, seperti berjalan kaki dan naik kendaraan umum.
Kalau di film-film, pasti sudah ada lagu yang melatarbelakangi aksi saya. Maka dari itu, saya sering menggunakan earphone demi mendengarkan lagu untuk meromantisasi kegiatan saya.
Kelihatan asyik, sampai akhirnya saya tersandung batu di pinggir jalan tanpa trotoar karena terlalu menikmati.
Oh, Jatinangor.
Tinggal selama dua tahun di kecamatan ini tetap saja membuat saya belum terbiasa dengan kondisi jalannya. Yah, meskipun tersandung batu juga kesalahan saya karena tidak fokus di jalan, sih. Tapi, tetap saja, menurut saya, fasilitas pejalan kaki di kecamatan ini perlu diperbaiki.
Lalu lintas Jatinangor sering kali dipadati oleh kendaraan bermotor yang tak pernah mau mengalah. Mereka melaju cepat, seringkali memotong jalan di pertigaan dekat Gerbang B Unpad, bahkan parkir di pinggir jalan dan menghalangi pejalan kaki.
Trotoar di Jatinangor ini tak dapat diharapkan. Trotoar hanya dipasang di beberapa tempat, seperti di dekat Unpad dan ITB atau di dekat Kantor Kecamatan Jatinangor, dan di beberapa tempat lain.
Jadi, pejalan kaki sering kali terpaksa harus mengambil sisi jalan karena tak ada trotoar dan lahan jalan dipakai parkir kendaraan.
Selain itu, kami juga sering sulit menyebrang. Memang ada zebra cross, tapi menurut saya beberapa diletakkan di tempat yang kurang tepat. Contohnya, zebra cross di dekat Gerbang Lama Unpad yang letaknya tepat setelah pertigaan Hegarmanah. Di sana juga sering ditempati oleh angkot yang ngetem, sehingga kendaraan yang berbelok tak terjangkau mata.
Rasa-rasanya, saya hampir setiap hari bertarung dengan malaikat pencabut nyawa!
Padahal kan, saya berharap bertemu sosok pemeran pria utama dalam hidup saya di jalan.