Lihat ke Halaman Asli

Ni Luh Listya Purnami

Mahasiswa Undiksha

Serba-Serbi Hari Umanis Galungan

Diperbarui: 12 November 2021   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari Raya Galungan merupakan hari suci agama Hindu, hari raya besar yang dinanti-nanti Umat Hindu Se-Dharma. Hari raya besar tentunya tidak terlepas dari rangkaian ataupun runtutan-runtutannya, demikian pula dengan Hari Raya Galungan. Hari Raya Galungan berlangsung selama 1 hari yaitu pada Buda Kliwon Dungulan, namun sebelum mencapai puncak hari raya, Galungan tentunya melalui beberapa rangkaian hari sebelum ataupun sesudahnya. Galungan telah berlalu, kini Umanis Galungan telah tiba sebagai pelengkap Hari Raya Galungan.

Umanis Galungan merupakan serangkaian hari suci yang jatuh pada Wresphati Umanis Dungulan, yaitu sehari setelah Hari Raya Galungan. Umanis Galungan identik dengan kata melali atau malila cita, namun hal tersebut tidak sekadar menghibur diri dari rasa lelah mempersiapkan hari raya, tetapi hendaknya tetap mengindahkan filosofi yang ada.

Filosofi Umanis Galungan ialah secara sekala maupun niskala. Sebagian umat merayakan Umanis Galungan secara niskala, namun tak jarang juga Umat Hindu merayakannya secara sekala. Secara niskala dalam artian ialah melali atau malila cita, biasanya beberapa umat berkunjung ke tempat-tempat wisata atau berkunjung ke rumah sanak saudara untuk bersilaturahmi. Namun, bagaimana bisa kita berkunjung ke tempat wisata pada masa Pandemi COVID-19 seperti sekarang? Ya demikianlah pastinya dibatasi, namun berbeda jika kita bersilaturahmi ke rumah sanak saudara, apa ada yang membatasi?. Secara niskala identik dengan menghibur diri bersama teman, pacar, sahabat, keluarga atau yang lainnya. Namun bagaimana perayaannya secara sekala?

Filosofi Umanis Galungan secara sekala identik dengan natab, maturan, melukat, atau yang lain sebagainya. Pada hari Umanis Galungan, beberapa umat Hindu biasanya melaksanakan natab banten sesayut yang bertujuan mengalirkan energi positif dalam diri dan bersiap menjalani aktivitas seperti biasa pada Paing Galungan atau sehari setelah Umanis Galungan. Selain natab, Umat Hindu biasanya maturan atau matirta yatra sembari melukat, guna memohon kesejahteraan dan melebur hal negatif dalam diri.

Sejatinya, melukat lebih baik dilakukan sebelum Hari Raya Suci Galungan, yaitu pada Penampahan Galungan. Mengapa? Karenanya melukat bertujuan membersihkan diri secara jasmaniah dan pembersihan ini akan memberikan hal baik pada Hari Raya Suci Galungan. Namun, melukat pada hari Umanis Galungan juga tidak masalah asal dilakukan dengan niat yang tulus. Tak jarang pula, kegiatan ini dijadikan sebagai kegiatan mesambilan yaitu metirta yatra sambil melali demikianlah.

Mengingat situasi seperti sekarang tentunya tidak dapat mengubah makna dari Umanis Galungan, suasana mungkin berubah namun maknanya akan tetap sama. Apalagi Umanis Galungan saat ini 11 November 2021, Bali diguyur hujan. Hal tersebut tentunya tidak dapat mengantarkan kita untuk berkunjung ke tempat wisata. Namun tidak perlu khawatir, karena tempat wisata terbuka tanpa batasnya, sedangkan hari bahagia Umanis Galungan hanya berlangsung sehari saja tibanya 6 bulan sekali. Mari memperat tali persaudaraan dengan silaturahmi dan bermaaf-maafan. Bahkan tidak hanya kepada sanak saudara, kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa pun kita meminta maaf melalui banten nganyarin, meminta maaf tersebut dalam artian ialah memohon maaf apabila sewaktu Galungan terdapat upakara yang kurang maupun salah dan sebagainya. Jadi, Umanis Galungan bukan sekadar melali atau melila cita tetapi tetap mengindahkan Filosofi yang ada untuk lebih memaknai Hari Umanis Galungan.

Ni Luh Listya Purnami

Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah/Prodi Pendidikan Bahasa Bali




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline