Ketua DPR RI, Setya Novanto mengalami kecelakaan di Jalan Permata Delima, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017) sekira pukul 18.35 Wib. Mobil Fortuner B 1732 ZLO yang ditumpanginya menabrak tiang listrik tidak jauh dari kediaman Surya Paloh. Ia yang terluka kemudian dilarikan ke rumah sakit Permata Hijau.
Dilansir dari Tribunnews, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Halim Pagarra mengatakan kalau mobil hitam itu ditumpangi tiga orang. Seorang kontributor Metro TV, Muhammad Hilman Mattauch yang duduk di balik kemudi sebagai sopir, ajudan pribadi Novanto bernama Reza yang duduk di kursi kiri depan dan Novanto sendiri yang duduk di kursi tengah kiri.
Hilman dan Reza yang duduk di depan baik-baik saja karena menggunakan sabuk pengaman meskipun kerusakan mobil di bagian depan. Justru Novanto yang duduk di belakang terluka di beberapa bagian tubuhnya dan harus dirawat di rumah sakit.
Ketiga orang ini ketika kecelakaan berencana akan menuju studio Metro TV untuk menjadi narasumber sebuah acara berita. Setelah itu Novanto baru ke Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memenuhi panggilan sebagai tersangka kasus korupsi KTP elektronik dengan nilai yang diterimanya diduga lebih dari Rp 500 miliar.
Banyak pihak menilai kecelakaan itu sebagai rekayasa untuk menghindari panggilan KPK dengan alasan sakit. Ini setelah dilihat ada beberapa kejanggalan, salah satunya kedua orang di dalam mobil baik saja dan hanya Novanto yang terluka. Di media sosial, warganet bukan bersimpati kepada Novanto tetapi justru kepada tiang listrik. Selama dua hari ini tagar #savetianglistrik menjadi trending topik di Twitter.
Pengemudi mobil, Hilman kini masih diperiksa polisi dan telah ditetapkan sebagai tersangka atas kecelakaan tunggal itu. Saat kejadian, dia mengemudi sembari menelepon sehingga dianggap lalai hingga membuat orang lain celaka. Meskipun begitu dia tidak ditahan. Hilman merupakan kontributor Metro TV yang akan mengantarkan Novanto ke stasiun televisi berita tersebut.
Baca: Hilman, Setya Novanto dan Independensi Jurnalis
Menariknya dalam peristiwa ini, mobil Fortuner yang mengalami kecelakaan milik Hilman pribadi, bukan milik Metro TV atau Novanto. Dari keterangannya kepada polisi, mobil itu dibeli setahun lalu. Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka tidak mengendarai mobil Novanto atau mengapa Metro TV tidak menyediakan fasilitas mobil lengkap dengan sopirnya untuk narasumbernya? Fasilitas penjemputan semacam itu sebenarnya sudah menjadi standar perusahaan-perusahaan besar untuk para tamu pentingnya.
Sementara itu, mengapa Metro TV justru mengutus kontributornya yang sebenarnya tugas utamanya bukan mengemudi? Terlebih harus menggunakan fasilitas pribadi untuk melayani Novanto yang seorang tamu penting. Perusahaan besar sekelas Metro TV tentu memiliki banyak mobil beserta sopir, termasuk eks pemain timnas sepakbola, Alexander Pulalo yang siap ditugaskan kapanpun dan di manapun. Barangkali ada yang istimewa dari si kontributor tersebut sehingga diberikan tugas khusus menjemput Novanto.
Bisa saja alasannya karena sosok kontributor ini memiliki kedekatan khusus dengan calon narasumber. Perlu diingat, mendatangkan Novanto dalam sebuah acara stasiun televisi bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan di tengah kasus korupsi yang membelitnya. Sementara pria yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini karena kasusnya memiliki nilai berita yang sangat tinggi. Apapun yang diucapkan akan bernilai mahal karena banyak orang yang menantikannya.
Baru ini Kompas TV berhasil mewawancarainya secara eksklusif melalui program Aiman Wicaksono. Di dalam bisnis media, tentu saja Metro TV sebagai televisi berita tidak ingin ketinggalan mendapatkan wawancara eksklusif ini. Namun itu tidaklah mudah dilakukan karena diperlukan pendekatan-pendekatan kepada calon narasumber yang bersangkutan. Dan salah satu pendekatan yang paling efektif dilakukan melalui orang-orang yang dekat dengannya. Itulah mungkin yang menjadi alasan Metro TV menugaskan Hilman menjemput Novanto. Tidak sekadar menjadi sopir, tetapi si kontributor ini sebagai perantara.