Metode pembayaran saat belanja kini semakin dimudahkan dengan fitur Paylater. Seperti namanya, fitur ini memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan barang terlebih dahulu kemudian membayarnya sesuai dengan skema cicilan yang dipilih.
Pengguna bisa memanfaatkan fitur Paylater ini dengan sangat mudah. Bahkan, pengajuannya jauh lebih mudah dibandingkan kartu kredit bank. Cukup isi data pribadi, foto Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan swafoto bersama KTP. Tak begitu lama, muncullah limit yang bisa digunakan.
Kemudahan pengajuan ini tentunya sebanding dengan nilai bunga atau biaya penggunaan Paylater itu sendiri. Berbeda aplikasi, berbeda pula besaran biaya penggunaan atau bunganya. Yang jelas, jika ditotal, bunga Paylater umumnya lebih besar dibandingkan bunga kartu kredit.
Fitur lainnya yang membuat pengguna kemudian menjadi nyaman adalah adanya reward dari Paylater jika mampu menjaga kepercayaan dengan melunasi tagihan sesuai batas waktu yang ditentukan. Pengguna bisa mendapatkan tambahan limit belanja. Menarik, bukan?
Bahayanya, jika kebablasan menggunakan fitur Paylater, maka siap-siap saja tagihan membengkak dan terus menerus dihubungi oleh pihak Paylater.
Tidak sedikit juga mereka yang sudah terlanjur nyaman dengan fitur ini membagikan ceritanya ke media sosial, untuk sekadar berbagi pengalaman sampai mencari pertolongan.
Pada artikel ini, sesuai judul, saya ingin membagikan sedikit tips cuan saya menggunakan fitur Paylater. Memang bisa? Bukannya tadi sudah dijelaskan kalau Paylater punya bunga yang lebih besar dibandingkan kartu kredit?
Sebelumnya, saya ingin membagikan pengalaman menggunakan fitur Paylater ini. Sekitar tahun 2018, di tahun ketiga saya menjalani kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang, itu adalah kali pertama saya mengenal fitur ini.
Bagi mahasiswa yang saat itu memang kepepet kebutuhan untuk menjalankan hobi fotografi, skema yang ditawarkan oleh Paylater ini tentunya sangat menarik. Bahkan pengajuannya tidak sebegitu sulit. Cukup mengisi formulir pada website, melengkapi persyaratan, memilih durasi cicilan, dan kemudian uang cair. Cukup untuk membeli 1 unit kamera DSLR saat itu.
Saya memilih durasi cicilan 12 kali atau 1 tahun. Melihat simulasi cicilannya tidak terlalu berat bagi saya yang saat itu juga bekerja penulis konten part-time di salah satu organisasi non-profit.