Lihat ke Halaman Asli

Lugas Rumpakaadi

TERVERIFIKASI

WotaSepur

Sederet Keunggulan LRT Jabodebek Buatan INKA

Diperbarui: 16 Oktober 2021   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trainset LRT Jabodebek. (Sumber: Dokumentasi INKA)

PT Industri Kereta Api (INKA), produsen sarana kereta api yang terletak di Kota Madiun ini telah mengirimkan rangkaian Light Rail Vehicle (LRV) ke-31. Pengiriman tersebut dilakukan pada hari Kamis (14/10/2021) kemarin dan secara simbolis dilepas oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Kiriman rangkaian LRV ini adalah yang terakhir kalinya atau dengan kata lain INKA sudah menyelesaikan seluruh pesanan PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini. Sebelumnya, INKA juga telah mengirimkan rangkaian LRV dari Kota Madiun menuju ke Jakarta secara bertahap sejak 8 Oktober 2019.

Satu rangkaian LRV terdiri atas 6 kereta di mana 4 keretanya memiliki penggerak sendiri (terhubung dengan motor traksi) sementara 2 kereta lainnya adalah kereta pengikut (tidak berpenggerak). Uniknya lagi, karena lebar sepur yang digunakan oleh Light Rail Transit (LRT) Jabodebek menggunakan lebar standar 1.435 mm, sehingga pengiriman dilakukan dengan menggunakan truk pada malam hari. Lebar sepur di jalur rel utama Indonesia menggunakan narrow gauge (sepur sempit) 1.067 mm, sehingga tidak memungkinkan untuk mengirim LRV dengan kereta api.

Setelah proses pengiriman terakhir ini selesai, sarana LRT Jabodebek direncanakan akan menyelesaikan proses uji dinamis pada bulan Oktober. Kemudian, pada bulan November akan dilakukan proses uji komunikasi on board control unit (OBCU) persinyalan dengan train control management system (TCMS).

Pada bulan Maret-Juni tahun depan, LRT Jabodebek akan melanjutkan proses uji coba grade of automation (GOA) 3. Teknologi inilah yang diklaim menjadi keunggulan LRV Jabodebek dibandingkan dengan LRV atau sarana perekeretaapian lainnya yang pernah dibuat oleh INKA.

GOA 3 memungkinkan LRV untuk bergerak secara otomatis tanpa adanya masinis. Teknologi ini lebih canggih dibandingkan dengan MRT Jakarta yang masih menggunakan GOA 2 sehingga masih perlu adanya masinis di dalamnya. Meskipun dalam praktiknya nanti, LRT Jabodebek juga masih akan menggunakan masinis untuk mengawasi perjalanan LRV.

Teknologi GOA 3 juga memungkinkan LRT Jabodebek untuk menerapkan teknologi persinyalan moving block. Pada umumnya, teknologi perkeretaapian di jalur utama maupun urban rail (kereta perkotaan) seperti MRT dan LRT Jakarta masih menggunakan fixed block.

Persinyalan fixed block diatur dengan menggunakan indikator lampu sinyal yang terlihat di sisi rel oleh masinis. Antara satu sinyal dengan sinyal lainnya adalah area bloknya. Dalam 1 blok hanya boleh ada 1 kereta, sehingga indikator lampu sinyal di belakang area blok akan berwana merah jika blok tersebut telah terisi dengan kereta.

Berbeda dengan fixed block, moving block menggunakan indikator jarak antar kereta. Masing-masing kereta dilengkapi dengan sensor. Hal ini memungkinkan adanya jarak aman antar kereta yang melintas dalam 1 jalur. Jika sensor mendeteksi jarak antar kereta terlalu dekat, maka secara otomatis kereta yang ada di belakang akan memperlambat lajunya hingga sensor menyatakan jarak antar kereta sudah aman. 

Bisa dibilang, ini merupakan teknologi baru yang pernah dibuat oleh INKA sekaligus diterapkan pertama kalinya untuk operasional urban rail di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline