Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa
- Orientasi :
Kerajaan Majapahit merupakan lanjutan dari Kerajaan Singasari yang didirikan Ken Arok. Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang (Madiun) Jayakatwang pada 1292. Setelah Singasari runtuh, Raden Wijaya melarikan diri bersama tiga sahabatnya yakni Sora, Nambi, dan Ranggalawe. Raden Wijaya adalah putra pangeran dari Prabu Guru Darmasiksa, Raja Sunda Galuh, sedangkan ibunya adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari.
- Komplikasi :
Raden Wijaya bersama para sahabatnya melakukan perjalanan yang panjang dan melelahkan untuk menyusun kekuatan mengalahkan raja Jayakatwang yang sudah meruntuhkan Kerajaan Singasari. Raden Wijaya bersama sahabatnya melakukan perang mengalahkan Jayakatwang. Pada suatu hari Raden Wijaya tiba di desa Kudadu, Raden Wijaya disambut dan dibantu bersembunyi dari kejaran musuh. Atas bantuan kepala desa, Raden Wijaya diterima berlindung kepada Arya Wiraja di Sumenep. "Terimakasih telah menerimaku di tempat ini, Pati" kata Raden Wijaya dengan penuh belas kasih. "Sudah seharusnya aku membantumu Raden" Jawab Arya Wiraja. Arya Wiraja kemudian membantu hingga Raden Wijaya diterima Raja Jayakatwang, bahkan diperbolehkan membuka hutan Tarik di Trowulan untuk dijadikan desa. Raden Wijaya menamai desa yang dibangunnya di hutan Tarik dengan Majapahit. Ini dikarenakan di area itu banyak tumbuh pohon maja yang berbuah pahit.
Raden Wijaya berkelana ke tempat penduduk dan berpidato agar mereka tinggal di desa nya. Raden Wijaya berkata, "Wahai rakyat yang budiman, di seberang sana ada desa baru yang bernama Majapahit. Pergi dan tinggal lah disana, niscaya kalian akan hidup makmur dan sejahtera" berkat pidato itu Raden Wijaya berhasil memikat hati penduduk untuk tinggal di tempat baru. Penduduk berdatangan dari Tumapel dan Daha. Dengan banyaknya penduduk yang tinggal di Majapahit Raden Wijaya bisa mendapatkan kekuatan bala tentara perang. Raden Wijaya bersiap untuk merebut kembali kekuasaan dari Jayakatwang. Rencana Raden Wijaya tertolong oleh pasukan Mongol yang datang untuk menghukum Raja Jawa (Kertanegara) yang telah menghina utusan Kaisar Khubilai Khan.
- Klimaks :
Tentara Mongol tak tahu perubahan politik di tanah Jawa, dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Raden Wijaya menemui panglima pasukan Mongol dan berkata, "Jayakatwang telah menghina Kaisar Khubilai Khan, dia mengatakan bahwa ajaran Kaisar Khubilai Khan adalah ajaran bodoh dan omong kosong. Kamu harus membantuku mengalahkannya, ini adalah penghinaan besar" "Sungguh itu adalah penghinaan besar bagi kami, baiklah kami akan membantumu" Jawab panglima perang Shih-pi.
- Resolusi :
Bersama Raden Wijaya, tentara Mongol di bawah pimpinan panglima perang Shih-pi, Ike Mese, dan Kau Hsing, menyerang dan membunuh Jayakatwang. Setelah berhasil mengalahkan Kediri, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan memaksa mereka angkat kaki dari Jawa.
- Koda :