Lihat ke Halaman Asli

Waktu yang Tepat

Diperbarui: 25 September 2024   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi yang cerah, kubuka jendela kamarku. Hari ini hari yang tak kan pernah ku lupakan. Sinar mentari tidak menyengat, angin segar terasa menyejukkan hati. "Semoga kegiatan hari ini lancar" Kataku dalam hati. 

Lima menit berlalu, terdengar langkah kaki cepat dari luar menuju kemari "Cepat sana mandi,bukankah hari ini hari pernikahanmu?" Ucap gadis yang seumuran denganku. 

Dia melirik sekeliling kamar kemudian tertuju pada gantungan kunci di pintu lemariku. "Astaga kamu masih menyimpan gantungan kunci itu??" Katanya dengan nada yang heboh.

 Kujawab, "Memang kenapa?"

"Aku tahu kalau kamu tidak akan pernah melupakannya. Gantungan kunci ini sangat istimewa bukan?" Katanya dengan tersenyum mencoba merayuku.

"Diamlah Hesti." Kataku dengan nada sebal. Itu benar, gantungan kunci itu adalah titik awal aku menyukainya. Seseorang yang kuanggap teman, dan akan menjadi teman hidupku. Yang setelah ini akan menghabiskan waktu bersamaku untuk selamanya, yang akan selalu berusaha untuk melindungiku.

***

Tujuh tahun yang lalu,aku masih kelas 10 SMA dan sekelas dengannya. Waktu itu selepas pulang sekolah, aku harus mengerjakan tugas kelompok prakarya membuat gantungan kunci anyaman tali bersama teman-teman. Tapi mendadak mereka tidak bisa karena ada acara. Padahal aku sudah bilang ibu bahwa akan dijemput sore. Lalu dia menawarkan ide untuk mengerjakan di rumahnya sekalian akan mengantarkanku pulang. Sebenarnya aku tidak mau, tapi kalau ditunda tugas itu tidak akan selesai, akhirnya aku setuju dan hanya kami yang membuat gantungan kunci itu. Sampai di rumahnya, aku baru tahu kalau ternyata rumahku dan rumahnya lumayan dekat. Hanya sekitar tiga gang saja. Tapi anehnya kami tidak pernah bertemu. Kami membuat tiga gantungan kunci dengan motif anyaman yang berbeda. Butuh ketelitian besar untuk menganyam gantungan kunci tersebut. 

Lima menit berlalu, dia bertanya, "Bagaimana, bisa tidak?" "Tentu bisa" Kujawab.

Lima belas menit berlalu, stagnan, aku kebingungan membuat simpul dasarnya. "Bisa apa tidak sih?" Dia bertanya dengan tidak sabaran. 

"Aku tidak bisa ini rumit sekali Iz."  "Tidak bisa karena belum terbiasa, simpul sering dikaitkan dengan suatu hubungan kalau begini saja tidak bisa gimana kalau nanti menjalin suatu hubungan?" Dia mengambil tali anyamku dan mulai menganyamnya. 

"Maksudmu apa bilang begitu?kau mengejekku kan?" Raut mukaku yang kecewa dengan perkataannya. "Eh aku hanya bergurau Nan, maafkan aku" Dia tersenyum kepadaku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline