Rute Cikarang-Kampung Bandan via Manggara pukul 05.46 sudah menjadi agenda wajib tiap senin sampai jumat, gerbong 11 pintu terakhir sebelum gerbong wanita adalah tempat terbaik untuk berdiri menuju stasiun Sudirman. Berdiri sejak stasiun awal pada pagi buta bagi beberapa orang adalah hal yang tidak lazim, namun bagi seorang yang lebih baik melihat orang duduk daripada dilihat dengan sinis oleh orang yang berdiri, menyender pada acrylic ujung kursi adalah hal yang terbaik. Melihat mereka yang membidik kursi kosong dari pinggir peron, bersiap menunggu pintu dibuka, dan kecewa saat mendapati orang lain lebih cepat menaruh pantatnya pada spot tujuan adalah pemandangan tiap hari yang menggambarkan dengan jelas bahwa hidup adalah sebuah perlombaan. Bagi Sebagian orang, menang dari hal-hal kecil seperti mendapatkan duduk di KAI Commuter memang menjadi suatu pencapaian, tapi bagi saya pribadi masih banyak hal-hal lebih besar yang harus dimenangkan seperti senyum seorang ibu diujung masa pensiunnya mendapat duduk saat masuk KAI Commuter dalam keadaan penuh.
Tidak bisa disangkal, untuk saat ini KAI Commuter adalah transportasi masal terbaik yang dimiliki bangsa ini. Berkat tarif yang murah, perjalanan yang cepat, pelayanan yang membuat rasa aman dan nyaman, tidak heran jika KAI Commuter menjadi pilihan. Bagi mereka yang mencari peluang, jangkauan KAI Commuter yang luas membuat peluang itu menjadi lebih mungkin. Walaupun peluang itu mungkin tidak mudah paling tidak kemungkinan-kemungkinan dari tiap harapan ini masih bisa diperjuangkan dengan adanya KAI Commuter ini. Tarifnya yang murah membuat transportasi ini menjadi primadona dari mereka yang menuju ke sekolah hingga mereka yang mencari nafkah untuk menyekolahkan. Pengguna KAI Commuter yang lintas generasi dan profesi ini menandakan bahwa transportasi ini mempunyai tarif yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Saya sendiri pulang pergi hanya menghabiskan Rp. 10.000 untuk jarak Cikarang-Sudirman, jumlah yang sama saya keluarkan untuk bensin dari tempat tinggal saya menuju stasiun cikarang yang letaknya hanya bersebelahan kabupaten.
Transportasi umum memang baru bisa maksimal jika kota-kota yang dilalui dan disekitarnya menyediakan transportasi yang dapat membantu dari dan menuju stasiun terdekat. Sayangnya, baru DKI Jakarta yang mampu menghadirkan transportasi yang terintegrasi ini. Orang-orang kota lain yang disekitarnya masih mengandalkan kendaraan pribadi dari dan menuju stasiun terdekat, padahal efisensi pengeluaran baru bisa terjadi jika kota-kota tersebut dengan sadar menyediakan transportasi penyangga. Memang, isu transportasi publik bukanlah isu yang seksi bagi beberapa daerah penyangga. Proyek-proyek mercusuar yang fisiknya langsung terlihat memang masih menjadi program-program unggulan bagi daerah. Coba bayangkan, betapa bahagianya warga Jakarta yang begitu keluar rumah langsung disuguhkan jak-lingko untuk menuju pilihan selanjutnya berupa stasiun kereta atau halte bus. Keadaan tidak maksimal seperti jalanan yang macet memang masih menjadi keluhan masyarakat untuk beralih ke transportasi umum menuju stasiun kereta, waktu dari rumah ke stasiun terkadang lebih lama jika dibanding dari stasiun asal ke stasiun tujuan. Ini adalah kelebihan KAI Commuter selanjutnya, Cepat. Dalam hal ini tidak ada yang bisa mendebat, KAI Commuter hanya terhambat oleh Kereta antar kota itupun tidak lebih dari 5 menit untuk menunggu pergantian jalur sementara kendaraan lainnya harus menunggu jika ada KAI Commuter yang mau melintas.
Dengan semua kelebihan yang dimiliki, tidak aneh jika KAI Commuter memiliki penumpang yang terkadang tak masuk akal jumlahnya terutama pada jam sibuk. Jangankan duduk dengan mudah, berdiri dengan nyamanpun terkadang menjadi sebuah anugerah. Namun padahal ini, ada satu hal yang patut diapresiasi yaitu bagaimana KAI Commuter menyiapkan para pegawainya untuk menjadi seorang juru selamat. Mulai dari memastikan kursi yang tersedia ditempati oleh orang yang benar-benar membutuhkan, memperingati untuk tetap berhati-hati, hingga membantu penyandang disabilitas. Mereka yang sigap dan mengutamakan pelayanan terkadang membuat KAI Commuter menjadi aneh jika mengingat ternyata ini dikelola bukan oleh pihak swasta. Cara mereka sadar bahwa aman dan nyaman juga menjadi ujung tombak dari pelayanan transportasi yang berhubugan dengan manusia banyak, membuat KAI Commuter terlihat seperti perusahaan swasta yang mempersiapkan diri untuk bersaing dengan kompetitor.
Ada satu pemandangan yang akan tersaji jika kalian terbiasa turun di stasiun akhir. Bagaimana para petugas yang berjaga membangunkan penumpang yang terlelap pada tidurnya untuk memperingatkan bahwa stasiun akhir sudah dekat, melakukan konfirmasi pada barang bawaan yang terletak pada bagasi penumpang untuk memastikan bahwa barang tersebut memang punya yang bersangkutan, dan akan mengamankan jika barang tersebut tidak ada yang mengakuinya. Hal-hal seperti ini yang membuat rasa aman dan nyaman bagi para penggunanya, mengingat berburu dan tergesa merupakan santapan sehari-hari bagi para penumpang KAI Commuter, maka hal-hal yang dilakukan para petugas ini menjadi suatu kebaikan yang patut diapresiasi. Seringkali didalam hati saya berucap bahwa saya berterimakasih dengan adanya KAI Commuter karena dengan pendapatan yang pas-pasan saya masih bisa mendapatkan peluang untuk mempunyai penghasilan dari kota yang cukup jauh dari tempat tinggal saya. Hal ini sangat saya syukuri karena dalam kegagalan saya bersaing di kota sendiri, KAI Commuter menghadirkan pilihan untuk saya bisa bersaing di kota lain dengan Murah, Cepat, Aman dan Nyaman. Selanjutnya, besar sekali harapan saya agar wacana perpanjangan rute menuju kota Karawang dapat segera terealisasi agar saya dan masyarakat karawang lainnya bisa menjangkau KAI Commuter dengan lebih dekat tanpa harus menerjang panjangnya pantura menuju stasiun cikarang pada pagi buta karena jadwal KRD yang belum maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H