Peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) di dalam Kurikulum Merdeka sangat penting untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik. Guru BK dapat membantu siswa untuk mengembangkan ketrampilan kemandirian, sosial dan emosional melalui layanan bimbingan dan konseling. Dengan diberikannya layanan bimbingan dan konseling dapat mendukung implementasi Kurikulum Merdeka dengan memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang sesuai dan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi pribadi mereka.
Di dalam pembelajaran kurikulum Merdeka menuntun siswa untuk bisa menampilkan ketrampilanya di dalam akademik maupun non akademik sesuai dengan minat dan bakatnya, hal itu menjadi penting untuk siswa dapat memiliki rasa percaya diri dan tegas untuk kebebasan memilih pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing siswa tanpa melukai hak atau perasaan orang lain.
Dengan begitu, apakah perilaku asertif siswa perlu ditingkatkan untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah? Mari kita bahas.
Perilaku asertif merupakan bentuk perilaku sosial di mana seseorang mengungkapkan pendapat, kebutuhan, hak, atau perasaannya dengan jelas, tegas, dan tanpa melukai hak atau perasaan orang lain. Orang yang bersikap asertif mampu berkomunikasi dengan percaya diri dan jujur, tanpa bersifat agresif atau pasif. Dari hal tersebut, perilaku asertif signifikan dalam konteks pembelajaran Kurikulum Merdeka. Perilaku asertif dapat membantu siswa untuk memilih kebebasan dengan tanggung jawab dalam mengatur pembelajarannya sendiri, menempatkan lebih banyak penekanan pada kemandirian, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, perilaku asertif menjadi penting karena:
- Kemampuan Berkomunikasi: Siswa yang memiliki perilaku asertif mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif. Mereka dapat mengungkapkan gagasan, kebutuhan, atau pandangan mereka dengan tegas dan tidak agresif. Ini penting dalam berinteraksi dengan guru, rekan sekelas, dan dalam pengaturan pembelajaran yang lebih mandiri.
- Kemandirian: Perilaku asertif membantu siswa mengembangkan kemandirian dalam belajar. Mereka dapat dengan percaya diri mengambil inisiatif untuk mencari informasi, mengatasi hambatan belajar, dan mengatur waktu mereka sendiri. Ini mendukung esensi dari Kurikulum Merdeka yang memberikan siswa lebih banyak kontrol atas pembelajaran mereka.
- Kolaborasi: Kurikulum Merdeka sering melibatkan proyek kelompok dan kerja sama antar siswa. Perilaku asertif membantu siswa berkontribusi secara positif dalam tim, menyampaikan ide-ide mereka dengan jelas, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
- Pengambilan Keputusan: Siswa yang asertif lebih mungkin untuk membuat keputusan berdasarkan pemikiran kritis dan nilai-nilai mereka sendiri. Mereka dapat dengan tegas mengemukakan apa yang mereka yakini, bahkan jika itu berbeda dari pandangan orang lain.
- Pencegahan Konflik: Perilaku asertif membantu mengurangi potensi konflik. Siswa yang asertif dapat menghindari konfrontasi yang tidak perlu dan mengatasi perbedaan pendapat dengan cara yang menghormati orang lain.
- Pengembangan Kepercayaan Diri: Ketika siswa merasa bisa mengungkapkan diri secara asertif dan mendapatkan respons yang positif, mereka cenderung mengembangkan kepercayaan diri yang lebih tinggi. Ini dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterlibatan dalam Kurikulum Merdeka.
- Keterampilan Sosial: Perilaku asertif juga membantu siswa membangun keterampilan sosial yang penting untuk sukses dalam berbagai situasi, termasuk di sekolah dan di luar sekolah.
Oleh karena itu, dalam konteks Kurikulum Merdeka, perilaku asertif dapat membantu siswa memaksimalkan pengalaman belajar mereka, menjalani peran aktif dalam pengaturan pembelajaran mereka, dan berkolaborasi secara efektif dengan orang lain, yang semuanya berkontribusi pada pengembangan kompetensi dan kemandirian yang diperlukan dalam kurikulum ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H