Lihat ke Halaman Asli

Ludovicus Mardiyono

Penulis buku "Kingdom Leadership"

BMI Saudi 17 Hari di RS Hong Kong

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa masukan kepada saya menyarankan agar bisa se-obyektif mungkin. Saya senang dengan saran itu. Saya menduga obyektif dalam saran itu, jangan hanya menulis yang "buruk" saja tentang sesuatu tetapi tulislah kalau ada yang baik juga. Ambil contoh misalanya tentang pelayanan di KJRI Hong Kong.

Sekali lagi, kalau saya menulis tentang KJRI bukan maksudnya menyebarluaskan kekurangan (bukan keburukkan) KJRI tetapi berusaha memberi kontribusi konstruktif untuk peningkatan pelayanan lembaga negara untuk teman-teman BMI terutama di Hong Kong.

Baik, hari ini ada berita baik dan buruk dari KJRI, saya akan memulai berita baiknya. Tadi pagi saya mengadu ke direct line pengaduan KJRI tentang seorang BMI yang terpaksa dirawat di RS. Princes Margaret karena tak sadarkan diri dalam perjalanan pulang dari Arab Saudi ke Jakarta (transit di Hong Kong). Saya jelaskan masalahnya dan bagian pengaduan bertindak cepat, beberapa jam kemudian, bagian pengaduan menghubungi saya dan mengatakan bahwa pasien sedang diurus dan akan diantar pulang ke daerah asalnya di Garut, Jawa Barat. Itu berita baiknya, terimakasih KJRI, khususnya bagian pengaduan.

Berita buruknya, pasien itu sudah 17 hari menginap di RS. Princes Margaret, bukan karena belum sembuh tapi karena belum ada tiket pulang. Nah, di otak saya langsung bertanya, apakah perlu waktu begitu lama untuk mengurus tiket pesawat? Pengalaman saya ngurus tiket, dalam waktu 10 menit saya sudah mengantongi tiket pesawat, mengapa ini begitu lama? Mungkin ada faktor lain yang saya tidak ketahui, tetapi bagi saya, untuk mengurus tiket agak aneh kalau harus berlama-lama seperti ini. Pelayanan yang baik dan berkualitas adalah cepat, tepat dan akurat, ingat KJRI Hong Kong telah mendapat ISO 9001, artinya kualitas pelayanan KJRI diakui baik dan memenuhi standart kualitas internasional.

Alternatif solusi, saya setuju dengan tulisan peneliti kebijakan publik LIPI, Siti Zuhro, yang mengatakan bahwa Pola Pikir PNS Mesti Berubah, yang dimuat Kompas (4/5), latar belakang usulan Siti Zuhro adalah maraknya perilaku korup dan rendahnya pelayanan publik. Pola pikir yang mana yang mesti berubah? Sayangnya peneiliti LIPI itu tidak menjelaskan perubahan pola pikir yang dimaksud.

Be a now person! Itulah yang ingin saya tawarkan untuk perbaikan kinerja KJRI di Hong Kong. "Jadilah Manusia Sekarang", bukan "nanti" atau "besok". "Sekarang" artinya tidak perlu menunggu 17 hari untuk mengurus tiket kepulangan pasien ke Jakarta. Seperti telponya bagian pengaduan KJRI tadi siang, beliau melakukannya sekarang dan tidak menunda nanti atau besok. Kalau bisa ditandatangan sekarang, jangan menunda besok atau minggu depan. Kalau KTKLN bisa ditiadakan sekarang, mengapa harus nunggu bertahun-tahun? Kalau  struktur biaya bisa diturukan sekarang, mengapa harus ditunda tahun depan?

Semoga saya bisa obyektif dan setiap tawaran perbaikan diterima dengan pikiran yang tenang tanpa amarah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline