Pada tanggal 2 Maret 2020 lalu, pemerintah Indonesia mengumumkan secara resmi bahwa di Indonesia telah ditemukan kasus virus corona yang pertama, yaitu diketahuinya terdapat dua orang warga negara Indonesia positif terpapar virus corona. Pernyataan tersebut sangat mencuri perhatian publik dan menimbulkan rasa cemas diantara masyarakat apalagi setelah ada nya pasien positif corona yang meninggal dunia.
Tidak hanya melanda Indonesia, virus corona ini juga melanda ratusan negara di seluruh dunia dan tersebar di area geografi yang luas. Oleh karena itu, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020 menyatakan bahwa virus corona telah menjadi pandemi global.
Virus corona atau yang lebih sering disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) merupakan virus menular yang menyerang organ pernapasan. Virus ini diketahui masih berasal dari kelompok SARS dan MERS, hanya saja virus ini memiliki kecepatan penularan yang lebih cepat. COVID-19 dapat menular melalui percikan dahak atau droplet dan udara.
Pasien yang positif terjangkit virus corona tidak semuanya bergejala, namun gejala yang pada umumnya terjadi adalah flu, seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Selain gejala yang mirip dengan flu, apabila sudah parah, penderita bisa sampai sesak napas. Kemudian apabila terjadi komplikasi pada penderita, virus ini dapat menyebabkan kematian. Kasus kematian akibat virus corona saat ini tergolong tinggi meskipun sudah ada pasien yang sembuh.
Melihat kasus kematian yang terus bertambah secara drastis di seluruh dunia, pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk memberlakukan pembatasan sosial skala besar (PSBB) dan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) guna mengantisipasi penularan virus. Keputusan ini tentu sangat mampu menekan angka penularan virus. Namun meskipun dapat menekan jumlah kasus corona di Indonesia, peraturan ini sangatlah menghambat keberlangsungan kegiatan kenegaraan diberbagai sektor, seperti pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi.
Perekonomian negara turun secara drastis dan mengalami kontraksi dibandingkan tahun sebelumnya dengan pertumbuhan yang mencapai minus 3,49 persen pada triwulan III-2020 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan ekonomi melambat karena banyak sektor usaha yang terdampak COVID-19 dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang tiba-tiba. Ada ratusan ribu perusahaan tutup dan jutaan pekerja dirumahkan karena perusahaan yang sudah tidak mampu lagi beroperasi. Hal tersebut disebabkan turunnya daya beli masyarakat yang berakibat pada penurunan daya produksi perusahaan.
Untuk menghadapi fenomena ini, negara di seluruh dunia bersama-sama berusaha mencari jalan keluar penyelesaian wabah ini, salah satu caranya dengan usaha menemukan vaksin virus corona. Peneliti dari semua negara termasuk Indonesia terus bereksperimen untuk menemukan vaksin yang dapat melindungi tubuh dari virus corona. Setelah 8 bulan diumumkannya virus corona sebagai pandemi oleh WHO, akhirnya berhasil ditemukan vaksin virus corona. Rencananya, vaksin virus corona akan sampai di Indonesia pada tahun 2021.
Terdapat tiga jenis vaksin virus corona yang akan sampai di Indonesia, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino. Ketiga vaksin ini memiliki dosis dan harga yang berbeda-beda.
Sinovac merupakan vaksin yang dibuat dari proses inaktivasi, yaitu menggunakan virus yang sudah tidak aktif dengan mentidakaktifkan virus. Vaksin ini berasal dari sebuah perusahaan di Cina dan uji klinis fase III dilakukan di Bandung, Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Sinovac harganya berkisar 10 sampai 20 dolar Amerika atau dirupiahkan sekitar 148 ribu hingga 296 ribu rupiah.
Sama halnya dengan Sinovac, Sinopharm juga merupakan vaksin yang dibuat melalui proses inactivated vaccine atau mentidakatifkan virus. Berdasarkan hasil uji klinis yang telah dilakukan, virus ini dipastikan tidak memiliki dampak buruk bagi tubuh manusia. Namun meskipun sama-sama berasal dari proses pentidakaktifan virus, Sinopharm memiliki harga yang lebih mahal dibanding Sinovac, yaitu berkisar 2,1 juta rupiah untuk dua kali suntik.
Jenis vaksin terakhir yaitu CanSino. Sesuai Namanya, vaksin ini ditemukan oleh CanSino Biologics Inc yang berasal dari Cina. Berbeda dengan dua jenis vaksin sebelumnya, CanSino dibuat dengan melakukan rekayasa genetika menggunakan adenovirus tipe 5 replikasi sebagai vektor untuk mengekspresikan protein SARS-CoV-2. Uji klinis vaksin ini di lakukan di Arab Saudi dan melibatkan ribuan orang sukarelawan. Sampai saat ini, belum ada konfirmasi dari pihak produsen vaksin mengenai harga vaksin virus corona jenis ini.