Lihat ke Halaman Asli

Ludmilla

Saya Ludmilla

Ternyata Kompasiana Penuh dengan Kisah

Diperbarui: 26 September 2015   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya sudah menjadi pembaca dan penulis blog keroyokan ini sejak tahun 2007, sejak namanya masih belum Kompasiana (saya lupa nama blog Citizen Journalist ini sebelum berubah namanya menjadi Kompasiana pada tahun 2008). Pada waktu itu ada penulis favorit saya yaitu pak Hari something (maaf lupa nama lengkapnya) dan beliau sering bercerita bahwa beliau adalah orang Indonesia yang bekerja untuk Obama yang sering menuliskan mengenai politik di Amerika terutama pada masa itu adalah masa kampanye Presiden Obama sebagai calon presiden Amerika untuk periode pertama. Pada masa citizen journalist ini, semua orang bisa menulis dan berkomentar tanpa perlu mendaftar sebagai anggota, dan bisa menyembunyikan identitas dirinya (Anonim).

 

Ketika kemudian citizen journalist berubah menjadi Kompasiana, dan mensyaratkan pendaftaran menjadi anggota untuk boleh menulis dan berkomentar, maka saya menjadi anggota Kompasiana sejak Januari 2012, dan menjadi kurang aktif dalam menulis maupun berkomentar, walau sebenarnya saya pembaca setia berita-berita yang tertulis di Kompasiana. Bahkan ada beberapa penulis aktif yang menjadi favorit saya yang artikel selalu saya baca ketika tayang, termasuk Mbak Ifani. Saya suka dengan gaya berceritanya yang santai, lucu dan menampilkan kesan bahwa mbak Ifani itu orang yang luar biasa kaya tetapi hidup sederhana. Dan saya suka itu. Tetapi sejak satu setengah tahun yang lalu, mulai ada beberapa penulis yang tidak saya sukai, termasuk Pakde Kartono. Bahkan karena betul-betul tidak suka, ketika saya sudah terlanjur klik artikel yang ditulis oleh Pakde Kartono, karena tertarik dengan judulnya, belum sampai saya baca artikelnya biasanya sudah saya 'close' artikel tersebut setelah saya baca siapa penulisnya. Menurut saya tulisan Pakde Kartono tersebut sarat dengan manipulasi, ketidakjujuran, dan terutama sekali pornografi. Saya tidak rela Kompasiana menjadi blog pornografi. Sharing is caring, tetapi tetap harus ada manfaatnya.

 

Tetapi tiba-tiba seminggu ini seiring dengan terungkapnya identitas Pakde Kartono, saya membaca semua artikel yang terkait, termasuk komen-komennya. Biasanya saya hanya membaca artikelnya dan tidak tertarik dengan komen-komen. Ternyata baru saya tahu bahwa Kompasiana menyimpan banyak kisah di balik layar. Ada kisah kasih antar anggota, ada kisah perselingkuhan, ada kisah penyamaran koruptor, ada kisah bisnis illegal, ada kisah persahabatan, ada kisah permusuhan, ada kisah usaha pencucian uang, ada kisah penjara, ada kisah perceraian.

 

Saya selama ini menempatkan diri sebagai anggota blog keroyokan ini sebagai yang lebih suka duduk sendiri dan membaca artikel-artikel yang tayang sambil berusaha mengambil manfaat untuk diri saya sendiri. Saya belum pernah kopdar dengan teman-teman Kompasiana, bahkan saya belum pernah diajak kopdar-an hehehehehe.. sehingga saya menjadi takjub ternyata Kompasiana menyimpan banyak sekali kisah di antara anggota-anggotanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline