Pada 6 Januari 2025, Indonesia secara resmi menjadi anggota penuh BRICS, sebuah blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam arah diplomasi dan strategi ekonomi Indonesia.
Keputusan untuk bergabung dengan BRICS didorong oleh berbagai pertimbangan strategis yang mencakup aspek ekonomi, politik, dan geopolitik.
1. Diversifikasi Mitra Ekonomi
Salah satu motivasi utama Indonesia adalah keinginan untuk mendiversifikasi kemitraan ekonominya. BRICS, yang kini mencakup sekitar 35% dari PDB global berdasarkan paritas daya beli, menawarkan peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor dan menarik investasi asing langsung.
Dengan menjadi bagian dari BRICS, Indonesia berharap dapat meningkatkan akses ke pasar negara-negara anggota. Melalui BRICS, Indonesia bisa memanfaatkan aliran perdagangan yang lebih intens untuk menghindari dampak krisis global.
2. Akses ke Pendanaan Pembangunan
Keanggotaan BRICS juga membuka akses bagi Indonesia ke New Development Bank (NDB). Institusi keuangan ini didirikan oleh negara-negara BRICS untuk mendanai proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan kebutuhan investasi infrastruktur yang signifikan, Indonesia dapat memperoleh manfaat dari sumber pendanaan alternatif ini untuk mempercepat proyek-proyek strategis nasional.
Sumber pendanaan alternatif itu memungkinkan Indonesia tidak lagi terlalu bergantung pada lembaga keuangan tradisional yang didominasi oleh negara-negara Barat, seperti IMF dan Bank Dunia.
3. Penguatan Posisi dalam Geopolitik Global