Lihat ke Halaman Asli

Ludiro Madu

TERVERIFIKASI

Dosen

Memperkuat Ketahanan Pangan Lewat Real Food?

Diperbarui: 7 Oktober 2024   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 270 juta penduduk, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjamin ketahanan pangan bagi rakyatnya. Salah satu solusi yang muncul adalah kampanye gerakan "makanan alami" atau real food

Gerakan ini mengajak masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang minim proses dan bebas bahan tambahan buatan. Lalu, bagaimana gerakan ini bisa membantu ketahanan pangan Indonesia? Mari kita memakai cara pandang "ekonomi politik sehari-hari" atau everyday political economy yang dikembangkan oleh Lena Rethel.

Apa itu Ekonomi Politik Sehari-hari?
Lena Rethel, seorang ahli ekonomi politik, mengusulkan cara baru untuk memahami bagaimana ekonomi dan politik saling mempengaruhi. Dia menyebutnya "ekonomi politik sehari-hari". 

Intinya, Rethel mengajak kita untuk memperhatikan hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari, seperti apa yang kita makan atau beli. Menurutnya, kebiasaan sehari-hari ini sebenarnya terhubung dengan sistem ekonomi dan politik yang lebih besar (Rethel, 2018).

Jika kita terapkan cara pandang Rethel, kita bisa melihat bahwa pilihan makanan kita sehari-hari sebenarnya punya dampak besar. Contohnya, ketika kita memilih membeli sayur organik dari petani lokal, kita tidak hanya membuat pilihan makanan yang sehat. 

Dengan cara itu, kita sebenarnya mendukung petani kecil dan membantu ekonomi lokal. Praktik ini sejalan dengan konsep "kedaulatan pangan" yang semakin mendapat perhatian dalam diskursus ketahanan pangan global.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah mulai mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan lokal yang sehat. Misalnya lewat program "Gerakan Makan Sayur dan Buah Nusantara" dari Kementerian Pertanian. 

Program ini mengajak masyarakat untuk lebih banyak makan buah dan sayur lokal (Kementerian Pertanian RI, 2020). Bukan melulu soal gizi, tapi program ini berujung pada dukungan kepada petani Indonesia.

Di kota-kota besar, kita bisa melihat munculnya tren urban farming atau berkebun di perkotaan. Di Surabaya, konon, ada lebih dari 3.000 kebun kota. Kebun-kebun ini tidak hanya menyediakan makanan segar untuk warga kota. Mereka juga menciptakan lapangan kerja dan membantu ketahanan pangan kota.

Tantangan
Meski ide makanan alami ini bagus, kenyataannya memang tidak mudah diterapkan begitu saja. Salah satu masalah besarnya adalah pengaruh perusahaan makanan besar. 

Perusahaan-perusahaan ini punya banyak dana untuk iklan dan membuat orang tertarik pada produk mereka. Akibatnya, banyak orang Indonesia yang masih lebih suka makan makanan cepat saji atau makanan olahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline