Di tengah hiruk pikuk Piala Eropa 2024, Belanda kembali menunjukkan tajinya. Sang Oranje berhasil melibas Romania dengan skor telak 3-0 di babak 16 besar (Kompas.com, 2024).
Kemenangan ini tentu saja bukan sekadar angka, melainkan simbol kebangkitan sebuah negara kecil yang kerap menjadi kekuatan besar di kancah sepakbola dunia.
Layaknya bunga tulip yang mekar di musim semi, permainan Belanda merekah indah di lapangan hijau Stadion Munich Football Arena. Cody Gakpo, bintang muda Liverpool, menjadi penentu dengan golnya di menit ke-20 (Kompas.com, 2024).
Gol ini bagai angin segar yang meniupkan semangat ke seluruh penjuru tim. Seperti kata pepatah Belanda Een zwaluw maakt nog geen zomer (Satu burung layang-layang tidak membuat musim panas), satu gol saja tidaklah cukup.
Donyell Malen pun turut berkontribusi dengan dua gol tambahan di menit-menit akhir pertandingan (Kompas.com, 2024). Tiga gol tanpa balas, sebuah kemenangan yang manis bagi Oranje.
Ronald Koeman, sang arsitek tim, tak kuasa menahan kekagumannya. Ia mengangkat topi untuk performa anak asuhnya (Bola.net, 2024).
Koeman paham betul, kemenangan ini bukan hanya tentang tiga poin. Bagi sang Oranje, kemenangan inj adalah juga tentang mengembalikan kepercayaan diri sebuah bangsa yang pernah menjadi pionir strategi total football.
Dalam konteks hubungan internasional, kemenangan Belanda ini memiliki makna yang lebih dalam. Sepakbola, sebagai soft power, menjadi medium bagi Belanda untuk kembali menunjukkan eksistensinya di kancah global.
Di tengah dinamika politik Eropa yang terus berubah, Belanda seolah ingin mengingatkan dunia bahwa mereka masih relevan dan diperhitungkan.
Namun, seperti air Sungai Amstel yang terus mengalir, perjalanan Belanda di Euro 2024 belumlah usai. Mereka masih harus menghadapi tantangan yang lebih besar di babak perempat final.